Reporter: Maggie Quesada Sukiwan | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie
JAKARTA. Penguatan mata uang Negeri Paman Sam kembali menekan performa aluminium.
Mengutip Bloomberg, Jumat (25/3), harga aluminium kontrak pengiriman tiga bulan di London Metal Exchange (LME) merosot 0,27% dibandingkan hari sebelumnya ke level US$ 1.475,5 per metrik ton. Sepekan, harga aluminium sudah terkoreksi 2,99%.
Andri Hardianto, Research and Analyst PT Asia Tradepoint Futures menjelaskan, penguatan mata uang dollar Amerika Serikat (AS) menjadi faktor utama yang menekan harga aluminium. Lihat saja, indeks dollar AS akhir pekan lalu yang terangkat 0,14% dibandingkan hari sebelumnya menjadi 96,27.
Maklum, permintaan komoditas ini menurun karena diperdagangkan dalam dollar AS yang kian mahal.
Keperkasaan dollar AS dipicu oleh rilis data Produk Domestik Bruto (Final GDP q/q) per kuartal IV 2015 yang tercatat 1,4%, terbang dari posisi sebelumnya yang mencapai 1%. Kinclongnya data perekonomian Negeri Paman Sam menguatkan rencana kenaikan suku bunga oleh Bank Sentral AS alias The Fed pada tahun 2016.
Padahal, beberapa waktu lalu, harga aluminium sempat menanjak akibat pernyataan dari Perdana Menteri China Li Keqiang yang menyatakan bahwa perekonomian Negeri Tirai Bambu menunjukkan tanda kestabilan.
China juga bakal mempertahankan pertumbuhan ekonomi di level 6,5%. "Hal ini sempat mengerek prospek permintaan komoditas, termasuk aluminium," jelasnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News