Reporter: Wuwun Nafsiah | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie
JAKARTA. Harga aluminium tergerus. Meski demikian, tren harga aluminium tahun ini diprediksi lebih baik dibandingkan tahun 2015.
Mengutip Bloomberg, Kamis (10/3), harga aluminium kontrak pengiriman tiga bulan di London Metal Exchange melemah 0,6% ke US$ 1.573 per metrik ton dibandingkan hari sebelumnya.
Sepekan terakhir, harga tergerus 0,25%. Salah satu perusahaan tambang terbesar, United Co. Rusal memperkirakan, permintaan aluminium tahun 2016 meningkat 5,7% menjadi 59,6 juta metrik ton dibandingkan tahun lalu.
Kenaikan permintaan terjadi di Amerika Utara, Eropa dan Asia. Pada November 2015, harga aluminium anjlok ke level terendah enam tahun. Laba perusahaan ini pun anjlok 27% di kuartal IV-2015.
Direktur Utama PT Garuda Berjangka Ibrahim mengatakan, outlook harga aluminium tahun ini lebih baik ketimbang tahun lalu. Hal ini didukung oleh membaiknya ekonomi kawasan Asia, salah satunya India. Dengan pertumbuhan ekonomi yang cukup positif, India sedang menggenjot proyek pembangunan.
"Manufaktur India berkembang pesat sehingga membutuhkan banyak aluminium," ujarnya.
Sementara itu, meski ekonomi China melambat, kebutuhan aluminium masih cukup tinggi terutama untuk pembuatan pesawat dan kapal laut. Sebenarnya Tiongkok menerapkan bea masuk cukup tinggi untuk impor aluminium.
Namun kebijakan ini diprediksi tak akan menghalangi para produsen mengirim aluminium ke China. Namun dalam jangka pendek, harga aluminium diperkirakan koreksi lantaran mengantisipasi pertemuan Bank Sentral Eropa (ECB), The Fed dan Bank Sentral Jepang (BoJ) yang berlangsung dalam waktu dekat.
Secara teknikal, Ibrahim melihat stochastic wait and see. MACD dan RSI 60% negatif. Sementara bollinger band dan moving average (MA) 60% di atas bollinger bawah. Ibrahim memprediksi harga aluminium pada Jumat (11/3) melemah di US$ 1.510-US$ 1.590 dan US$ 1.500-US$ 1.610 per metrik ton dalam sepekan ke depan.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News