Reporter: Kornelis Pandu Wicaksono | Editor: Avanty Nurdiana
JAKARTA. Lini bisnis PT Perusahaan Gas Negara Tbk (PGAS) semakin beragam setelah mengakuisisi Blok Ujung Pangkah PSC di Jawa Timur. PGAS mengakuisisi blok tersebut dari Kuwait Foreign Petroleum Exploration Corp (Kufpec) pada 21 Juni 2013.
Akuisisi 25% participating block interest ini menghabiskan biaya US$ 265 juta melalui anak usaha PGAS, PT Saka Energi Indonesia. Sebelumnya di awal tahun PGAS, telah menyelesaikan kesepakatan penyertaan pada dua blok production sharing contract.
Penyertaan di blok Ketapang PSC, Jawa Timur sebesar 20% senilai US$ 71 juta. Sedangkan penyertaan di blok Bangkanai PSC, Kalimantan Tengah sebesar 30% senilai US$ 27 juta.
Analis AmCapital, Helmi Therik, menyambut baik akusisi PGAS atas blok Pangkah tersebut. "Saya amati ini adalah bagian dari grand strategy PGAS mengintegrasikan bisnis," ujar dia. Menurut Helmi, PGAS berusaha mengembangkan bisnisnya tidak hanya dari distribusi, namun juga mengamankan pasokan gas yang selama ini kerap bermasalah.
Analis Panin Sekuritas, Fajar Indra juga melihat, pasca akuisisi PGAS bisa mendapat tambahan pendapatan. Sehingga bisa bermanfaat bagi pemegang saham. "Akan ada ada penambahan income dari sisi dividen," kata dia.
Analis Credit Suisse, Ami Tantri dalam risetnya (26/6) menghitung, akuisisi ini mengangkat estimasi pendapatan PGAS 1%-6% untuk 2013-2015. Dia mencatat, blok Pangkah memproduksi 12.000 barrel minyak per hari alias barrel of oil per day (bpod) dan 50 juta meter kubik alias million cubic feet per day (mmcfd) gas.
Akuisisi terbaru ini menurut Helmi tidak membebani kinerja PGAS. "Posisi kas lumayan kuat. Tidak masalah," ujar dia. Menurut laporan keuangan kuartal I 2013, PGAS memang memiliki kas dan setara kas US$ 1,67 miliar. Sehingga para analis menilai akusisi Kufpec tidak akan mempengaruhi kinerja PGAS.
Harga gas naik
Sentimen lain cukup positif bagi PGAS adalah wacana pemerintah menaikkan harga gas domestik. Helmi menilai, rencana tersebut cukup positif bagi PGAS. Alasannya, harga gas domestik yang tinggi diharapkan menjadi insentif para operator mengalokasikan gas lebih banyak kepada distributor lokal.
Namun Fajar menilai, rencana kenaikan harga gas akan berdampak negatif terhadap kinerja PGAS. Menurut dia, ini akan menekan margin PGAS karena selama ini perseroan ini menambah sekitar US$ 5 dari harga beli gas. Sedangkan untuk menaikkan harga gas yang dijual PGAS membutuhkan persetujuan pemerintah terlebih dahulu.
Tahun ini, Helmi memperkirakan PGAS dapat mencetak laba bersih US$ 978 juta dari proyeksi pendapatan sebesar US$ 3,3 miliar. Angka ini naik dari raihan pendapatan dan laba bersih PGAS 2012 sebesar US$ 2,58 miliar dan US$ 890,88 juta.
Sementara Fajar memproyeksi, PGAS bisa meraih pendapatan US$ 3,36 miliar dengan laba bersih US$ 930 juta. Namun, dia masih merekomendasikan, hold saham PGAS di Rp 6.200. Helmi menyarankan, beli dengan target harga Rp 6.200. Dan Ami merekomendasikan outperform dengan target Rp 6.300.
Saham yang menghuni Jakarta Islamic Index Selasa (16/7) stagnan di harga Rp 5.550.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News