Reporter: Akhmad Suryahadi | Editor: Noverius Laoli
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Sepanjang paruh pertama 2020, volume penjualan semen PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk (INTP) sebesar 7.2 juta ton.
Sekretaris Perusahaan Indocement Antonius Marcos mengatakan, pencapaian ini lebih rendah 8% dibanding penjualan pada semester pertama tahun lalu.
Marcos menambahkan, penurunan volume penjualan ini disebabkan oleh beberapa faktor, mulai dari bencana banjir besar yang empat kali terjadi di wilayah Jabodetabek di awal Januari dan juga dampak penerapan pembatasan sosial berskala besar (PSBB) akibat pandemik Covid-19 yang terjadi di kuartal kedua 2020.
Baca Juga: Volume penjualan Indocement Tunggal Prakarsa (INTP) melonjak 30% pada Juni 2020
“Penurunan di semester pertama ini ini lebih disebabkan oleh faktor faktor di luar kendali kami,” ujar Marcos saat dihubungi Kontan.co.id, Kamis (16/7). Marcos menambahkan, penurunan penjualan ini seiring dengan kondisi market /industri semen di Indonesia yang memang juga tumbuh minus di kisaran yang hampir sama.
Namun, memasuki semester kedua 2020, Marcos melihat optimisme pasar kembali menggeliat pasca dibukanya pembatasan sosial berskala besar (PSBB), termasuk juga sektor konstruksi baik pemerintah maupun swasta. Dia optimis pencapaian Indocement pada paruh kedua tahun ini akan lebih baik dari semester pertama.
Baca Juga: Mirae Asset Sekuritas naikkan rekomendasi saham Indocement (INTP), ini alasannya
“Apalagi jika pemerintah juga dapat meluncurkan kebijakan kebijakan yang mendukung dunia usaha, kami optimis akan memberikan sinergi yang positif,” pungkas Marcos.
Namun, saat ini INTP masih menggunakan proyeksi hasil revisi, dimana volume penjualan diperkirakan tumbuh negatif 6% - 7% dari tahun lalu. “Sampai sejauh ini kami masih memakai revisi target kami, sambil mencermati perkembangan satu sampai dua bulan ke depannya sebelum kembali melakukan revisi,” tutup dia.
Sebagai gambaran, sepanjang 2019 volume penjualan INTP mencapai 18,1 juta ton. Capaian ini sedikit lebih tinggi 100.000 ton dibanding realisasi penjualan tahun 2018.
Dari sudut pandang kuartalan, Analis Mirae Asset Sekuritas Indonesia Mimi Halimin meyakini pendapatan INTP pada kuartal kedua 2020 kemungkinan akan membukukan pertumbuhan yang negatif baik secara tahunan maupun kuartalan.
Namun, memang biasanya kuartal kedua merupakan low season di industri semen. Hal ini karena karena biasanya pada kuartal kedua terdapat masa liburan yang lebih panjang akibat momen bulan Ramadan dan Idulfitri.
Baca Juga: Ini strategi Indocement (INTP) sehingga kantongi laba Rp 400 miliar di kuartal I 2020
“Dan tahun ini, hal tersebut diperburuk oleh implementasi pembatasan sosial berskala besar (PSBB),” tulis Mimi dalam riset, Selasa (14/7).
Ketika ekonomi secara bertahap telah dibuka kembali, Mimi yakin bahwa skenario terburuk sudah terlewati. Dus, dia mempertahankan rekomendasi trading buy saham INTP dengan target harga sebesar Rp14.000.
Namun, risiko di balik rekomendasi ini adalah pertumbuhan permintaan yang lebih lambat dari perkiraan karena ekonomi yang melambat hingga pandemi Covid-19 yang berkepanjangan. Peningkatan kasus Covid-19 bisa memicu pengetatan kembali PSBB terutama di wilayah Jakarta dan sebagian Jawa bagian Barat.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News