kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.514.000   11.000   0,73%
  • USD/IDR 15.511   28,00   0,18%
  • IDX 7.760   25,02   0,32%
  • KOMPAS100 1.205   3,50   0,29%
  • LQ45 961   2,42   0,25%
  • ISSI 234   1,13   0,48%
  • IDX30 494   1,12   0,23%
  • IDXHIDIV20 593   1,74   0,29%
  • IDX80 137   0,38   0,27%
  • IDXV30 142   -0,50   -0,35%
  • IDXQ30 164   0,08   0,05%

AISA jual kepemilikan saham GOLL Rp 521,43 M


Senin, 16 Mei 2016 / 19:16 WIB
AISA jual kepemilikan saham GOLL Rp 521,43 M


Reporter: Andy Dwijayanto | Editor: Yudho Winarto

JAKARTA. PT Tiga Pilar Sejahtera Food Tbk (AISA) menjual 2,87 miliar saham yang dimilikinya  kepada PT Golden Plantation Tbk (GOLL). Atau, setara dengan 78,17% dari jumlah seluruh saham yang ditempatkan dan disetor kepada PT JOM Prawarsa Indonesia (JPI) pada perjanjian jual beli yang ditandatangani pada tanggal 11 Mei 2016. Saat ini, saham GOLL yang dikuasai oleh AISA sebanyak 78,17% sedangkan sisanya 21,83% dimiliki publik.

Transaksi tersebut dilakukan karena AISA ingin melakukan perubahan strategis dengan lebih berfokus pada industri utamanya. Seperti diketahui GOLL sebagai unit usaha perkebunan memiliki profil bisnis yang berbeda dibandingkan dengan unit usaha lainnya. AISA saat ini berfokus pada food manufacturing dan beras.

AISA dan JPI setuju dan sepakat bahwa harga jual beli atas seluruh saham dalam transaksi senilai Rp 521,43 miliar dengan batas waktu pembayaran selambat-lambatnya pada tanggal 30 September 2016. Nantinya, bila dalam jangka waktu tersebut JPI tidak melakukan pembayaran maka akan dikenakan denda keterlambatan sebesar 10,25% per tahun terhitung sejak 1 Oktober 2016.

Transaksi yang terjadi ini merupakan transaksi afiliasi dimana Direktur Utama AISA yakni Stefanus Joko Mogoginta yang juga menjabat sebagai Direktur JPI. Selain itu, Stefanus juga saat ini memiliki 20.000 saham atau setara Rp 20 miliar atau setara 80% dari kepemilikan saham JPI. Budhi Istanti Suwito, Direktur AISA dalam keterbukaan mengatakan bahwa profit keuangan AISA secara konsolidasi menjadi lebih baik.

Di sisi leverage kontribusi utang bank dari GOLL cukup signifikan dan profil perekebunan yang masih muda membuat kontribusi dari sisi revenue dan profitabilitas GOLL ke AISA masih minim. Tentu transaksi ini membuat rasio keuangan di sisi leverage menjadi lebih bagi sehingga keuntungan unit lain bisa lebih berguna dan dimanfaatkan dalam bisnis utama AISA.

"Perseroan akan lebih berfokus pada portofolio bisnis food dan food related sesuai dengan kegiatan bisnis utama perseroan," ujarnya dalam keterbukaan, Jumat (13/5).

Christian Saortua, Analis Minna Padi Investama mengatakan bahwa industri CPO yang belum pulih tentu akan membayangi kinerja GOLL sebagai produsen. Artinya dalam jangka pendek performa GOLL akan menjadi beban bagi AISA, namun secara jangka panjang GOLL memiliki potensi yang sangat bagus dengan land bank yang luas dan usia tanam yang relatif muda.

Menurutnya saat ini GOLL memang memiliki banyak utang dan belum bisa memberikan kontribusi positif kepada AISA. Hal ini yang menekan kinerja perusahaan konsumer tersebut, dengan melepas GOLL, utang AISA tentu akan berkurang. Namun langkah AISA melakukan transaksi afiliasi ini berarti perseroan konsumer itu masih berharap kinerja jangka panjang dari GOLL.

"Secara strategi bisnis saya melihat ada upaya untuk memisahkan entitas GOLL dari AISA. Namun, tidak secara penuh melepas kepemilikan karena adanya potensi jangka panjang," ujarnya.

Transaksi ini akan memperbaiki laporan keuangan AISA, apalagi dirambah dengan mendapatkan cash senilai Rp 521,43 miliar dengan harga rerata Rp 182 per saham yang merupakan di atas rerata pasar tentu akan mendorong tambahan modal untuk ekspansi perusahaan. Sehingga, langkah ini tentu merupakan langkah yang strategis menyehatkan keuangan perusahaan dan mempertahankan GOLL.

Senada, Lucky Bayu Purnomo analis Danareksa mengatakan, laba bersih AISA pada kuartal I tahun ini mengalami penurunan terbatas, sehingga potensi AISA masih cukup menarik dalam jangka pendek dan menengah. Apalagi kontribusi tekanan tersebut juga berasal dari GOLL sehingga opsi penjualan merupakan upaya menyehatkan keuangan.

Apalagi saat ini AISA bersama dengan sektor konsumer lainnya masih menjadi pemimpin pasar, sehingga Lucky menilai AISA masih sangat prospektif ke depannya. Terkait transaksi afiliasi dirinya tidak melihat hal itu karena GOLL tidak menarik, justru transaksi afiliasi dilakukan agar kepemilikan AISA tidak sepenuhnya hilang.

"Pada kenyataannya saham GOLL memiliki kinerja harga jauh lebih baik dibandingkan AISA itu sendiri. Itu salah satu kata kunci, mengapa momentum ini menjadi momentum menarik sebab kinerja GOLL di atas rerata IHSG, Sektor perkebunan dan AISA," ujarnya.

Lucky bilang masing-masing emiten memiliki strategi yang dirasa tepat untuk diterapkan, namun pada dasarnya ada kalanya pasar memberikan apresiasi terhadap aksi korporasi perusahaan. Sebab, pasar juga masih memberikan apresiasi atas dasar sentimen yang berlaku, namun sejauh ini saya pikir AISA masih cukup baik. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×