Reporter: Ridwan Nanda Mulyana | Editor: Yudho Winarto
Ketimbang bergantung pada sektor, Wawan mengingatkan agar investor fokus mencermati tiga faktor penting yang mesti ada di emiten.
Pertama, faktor fundamental perusahaan dan kemampuan dalam mencetak profitabilitas. "Ini bisa dilihat dari laporan keuangan, bagaimana pertumbuhan di bisnis utamanya. Sepanjang menunjukkan keberlanjutan, maka bisa sebagai investasi jangka panjang," kata Wawan.
Kedua, prospek bisnis. Wawan bilang, perusahaan teknologi lebih banyak menjual prospek bisnis, lantaran jarang ada yang sudah mencapai pertumbuhan profitabilitas. Prospek bisnis penting, lantaran merefleksikan ekspektasi pasar.
Jika harga saham turun, berarti ekspektasi pasar cenderung negatif, sehingga investor hati-hati untuk berinvestasi. Ketiga, faktor likuiditas perusahaan. "Likuiditas penting untuk bisa naik secara sustain. Bisa jadi prospek kelihatan bagus, tapi sekali banyak yang jual, bisa turun drastis kalau likuiditasnya kecil," imbuh Wawan.
Dengan menimbang ketiga faktor di atas, Wawan menekankan bahwa tidak ada jaminan saham IPO di sektor tertentu akan otomatis punya kinerja yang bagus. Lantaran semuanya akan berpulang pada masing-masing emiten.
Baca Juga: Tips Memilih Saham yang Baru IPO untuk Investasi Jangka Panjang
Oleh sebab itu, pelaku pasar jangan sampai terjebak dalam Fear of Missing out (FOMO) alias ikut-ikutan dalam memilih saham IPO. "Karena investasi saham adalah proses berkelanjutan, tidak hanya sekali masuk selesai. Perusahaan harus tumbuh, bisnis bisa naik bisa turun. Tidak salahnya menunggu, melihat kinerja setelah IPO, baru memutuskan," jelasnya.
Yang tak kalah penting, Wawan menyarankan agar pelaku pasar memiliki exit strategy baik untuk profit taking maupun cutloss. Misalnya, 10%-15% untuk cutloss agar menjaga tidak jatuh terlalu dalam, dan 15%-20% untuk profit taking.
Equity Analyst Kanaka Hita Solvera William Wibowo juga mengamini bahwa terlepas dari euforia saat IPO, pergerakan harga saham pada akhirnya akan bergantung pada performa masing-masing perusahaan.
William menyebut, jangka waktu satu tahun atau saat laporan keuangan diterbitkan, bisa menjadi momentum untuk menilai kelayakan investasi.
Secara teknikal, William melihat DMMX dan AVIA berpotensi akan memberikan capital gain yang positif ke depannya. "Dari sisi dividen, emiten MTEL menarik untuk dipertimbangkan mengingat rencana ekspansi bisnis dunia digital yang sangat relevan dengan perkembangan zaman," pungkas William.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News