kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 2.105.000   12.000   0,57%
  • USD/IDR 16.445   10,00   0,06%
  • IDX 7.958   20,58   0,26%
  • KOMPAS100 1.114   3,04   0,27%
  • LQ45 807   -1,86   -0,23%
  • ISSI 274   1,94   0,72%
  • IDX30 419   -0,43   -0,10%
  • IDXHIDIV20 486   -0,13   -0,03%
  • IDX80 122   -0,29   -0,24%
  • IDXV30 132   -0,91   -0,68%
  • IDXQ30 136   0,08   0,06%

Agar Tidak FOMO Saham IPO, Simak Saran dari Analis Berikut Ini


Kamis, 21 April 2022 / 07:12 WIB
Agar Tidak FOMO Saham IPO, Simak Saran dari Analis Berikut Ini
ILUSTRASI. Pekerja beraktivitas di dekat refleksi layar indeks harga saham di Bursa Efek Indonesia,


Reporter: Ridwan Nanda Mulyana | Editor: Yudho Winarto

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Hajatan Initial Public Offering (IPO) tetap semarak dalam tiga tahun terakhir. Pandemi Covid-19 tampak tak menyurutkan animo perusahaan untuk melantai di Bursa Efek Indonesia (BEI).

Tercatat ada 160 perusahaan yang menggelar IPO dalam kurun 2019-2021. Hingar bingar IPO pun masih ramai di tahun ini. Hingga  20 April 2022, sudah ada 17 emiten baru yang menjadi anggota BEI.

Dari deretan emiten tersebut, ada yang pergerakan sahamnya sudah meroket hingga ribuan persen sejak IPO. Namun ada juga yang harga sahamnya merosot tajam.

PT DCI Indonesia Tbk (DCII) menjadi jawara dengan kenaikan hingga 9.352,38%. Sedangkan PT Ginting Jaya Energi Tbk (WOWS) mencatatkan penurunan yang paling dalam sebesar -88,22%.

Untuk emiten yang IPO pada tahun ini, PT Adaro Mineral Indonesia Tbk (ADMR) mencetak kenaikan signifikan, hingga 2.690%.

Baca Juga: Dapat Restu Presiden Jokowi, PTPN Group Siap Go Public Tahun Ini

Associate Director of Research and Investment Pilarmas Investindo Sekuritas Maximilianus Nico Demus mengatakan, pemilihan momentum berperan penting dalam pergerakan saham di sekitar IPO. Saat pandemi covid-19 merebak, 2020-2021 sektor teknologi dan kesehatan menjadi primadona.

Sedangkan saat ini, booming harga komoditas membuat prospek emiten di sektor pertambangan khususnya batubara menjadi terangkat.

"Sentimen dari faktor global juga berpengaruh. Tapi ketika fase itu usai, itu bisa berallih kepada sektor lain. Karena pemulihan ekonomi tidak mungkin langsung pada semua sektor," kata Nico kepada Kontan.co.id, Rabu (20/4).

Oleh sebab itu, rotasi sektoral juga mesti dicermati pelaku pasar. Hanya saja, di tengah perkembangan situasi pandemi serta geopolitik dan ekonomi global saat ini, masih sulit untuk memetakan rotasi sektoral ke depan.

"Mungkin dapat diperhatikan, sektor mana yang nantinya in line dengan business plant-nya pemerintah," ujar Nico.

Nico memberikan gambaran, bisa jadi sektor properti akan bangkit kembali di tengah pulihnya tingkat daya beli masyarakat. Namun, faktor-faktor internal dan eksternal yang dapat menghambat pemulihan ekonomi bisa menjadi batu sandungan.

Baca Juga: Saham IPO Memberi Cuan Ribuan Persen, Investor Perlu Selektif

Adapun sektor teknologi yang mulai lesu pada awal tahun ini, cenderung bertenaga kembali sejak proses IPO PT GoTo Gojek Tokopedia Tbk (GOTO) dan lonjakan saham PT WIR Asia Tbk (WIRG).

Terlepas dari sektor mana pun yang sedang menjadi primadona, Nico menekankan agar pelaku pasar tetap mencermati fundamental, valuasi dan prospek bisnis masing-masing emiten ke depan. Selain itu, ekosistem bisnis juga mesti diperhatikan, apalagi jika itu menyangkut saham bank digital.

Head of Investment Research Infovesta Utama Wawan Hendrayana juga menyarankan agar pelaku pasar yang mengincar saham IPO tidak hanya terpaku pada sentimen dari sektor tertentu.




TERBARU
Kontan Academy
Business Contract Drafting GenAI Use Cases and Technology Investment | Real-World Applications in Healthcare, FMCG, Retail, and Finance

[X]
×