Reporter: Hikma Dirgantara | Editor: Yudho Winarto
“Bila merujuk ke kondisi fundamental tembaga dalam jangka panjang, kebutuhannya akan terus meningkat sedangkan supply-nya akan semakin berkurang. Dari hal ini maka harga tembaga dapat diharapkan akan terus mengalami kenaikan,” ujar Wahyu.
Wahyu menyebut setidaknya ada tiga faktor yang bisa mengerek harga tembaga. Pertama, tren peralihan ke semua yang serba elektronisasi, energi terbarukan, kendaraan listrik, sedang tumbuh cepat di negara berkembang. Semua hal tersebut memerlukan tembaga sebagai komponen.
Kedua, tembaga memiliki pasokan yang terbatas sehingga dengan kenaikan permintaan yang signifikan akan membuat harga mengalami kenaikan. Ketiga, berdasarkan sentimen saat ini, harga tembaga tengah tertekan dan mengindikasikan segera rebound.
Baca Juga: Prospek Komoditas Logam Industri Bergantung Pada Hubungan AS-China
Oleh karenanya, Wahyu menilai tembaga pada tahun ini akan bergerak pada rentang US$ 5.500 - US$ 7.200 per metrik ton.
“Tetapi dengan optimisme yang terus berkembang, dan jika tembaga bisa menembus dan bertahan di atas US$ 6.000 (level tertinggi di 2019), bisa jadi rentangnya akan semakin membaik. Jadi US$ 5.500 - US$ 7.500 per metrik ton,” pungkas Wahyu.
Sementara Ibrahim menilai hingga semester I, tembaga akan berada di rentang US$ 6.050 - US$ 6.400 per metrik ton. Sementara pada Semester II akan ada di rentang US$ 6.100 - US$ 6.550 per ton
“Melihat sentimen dan perkembangannya sejauh ini, kemungkinan besar di tahun 2020 harga tembaga tertinggi berada di level US$ 6.550-an per metrik ton,” tukas Ibrahim.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News