kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45892,58   -2,96   -0.33%
  • EMAS1.324.000 -0,68%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Ada rebalancing indeks MSCI, berikut prospek saham-saham yang masuk dan keluar


Selasa, 18 Mei 2021 / 07:05 WIB
Ada rebalancing indeks MSCI, berikut prospek saham-saham yang masuk dan keluar
ILUSTRASI.


Reporter: Nur Qolbi | Editor: Wahyu T.Rahmawati

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Morgan Stanley Capital International atau MSCI melakukan penyeimbangan kembali (rebalancing) pada MSCI Global Standard Index dan MSCI Small Cap Index. Susunan baru saham dalam indeks hasil rebalancing ini akan berlaku efektif pada 28 Mei 2021.

Berdasarkan pengumuman MSCI tanggal 11 Mei 2021, saham PT Tower Bersama Infrastructure Tbk (TBIG) naik kelas ke MSCI Global Standard Index, dari sebelumnya berada di MSCI Small Cap Index. Sebaliknya, saham PT Perusahaan Gas Negara (Persero) Tbk (PGAS) dihapus dari MSCI Global Standard Index dan dimasukkan ke MSCI Small Cap Index.

Selain PGAS, MSCI Small Cap Index juga kedatangan dua saham pendatang baru, yakni PT MNC Vision Networks Tbk (IPTV) dan PT Transcoal Pacific Tbk (TCPI). Kemudian, di samping TBIG, dua saham lain yang dikeluarkan dari MSCI Small Cap Index adalah PT Bank Syariah Indonesia Tbk (BRIS) dan PT Surya Permata Andalan Tbk (NATO).

Analis Jasa Utama Capital Sekuritas Chris Apriliony menilai, TBIG memang cukup menarik sehingga bisa naik kelas ke MSCI Global Standard Index, dari sebelumnya MSCI Small Cap Index. Mengingat, penyewaan maupun pembelian menara telekomunikasi belakangan ini cenderung bertambah seiring dengan meningkatnya kebutuhan masyarakat terhadap internet dan ekspansi jaringan yang dilakukan para operator telekomunikasi.

Baca Juga: Kecemasan Inflasi Masih Menghantui, Saham Asia Pasifik Tertahan di Jalur Melandai

Sementara PGAS yang keluar dari MSCI Global Standard Index dan masuk ke MSCI Small Cap Index justru dinilai kurang menarik. Menurut Chris, saham PGAS akan cenderung turun dalam jangka pendek seiring dengan adanya penurunan porsi di portofolio MSCI Global Standard Index.

Hal serupa juga akan terjadi pada saham-saham lain yang keluar dari indeks, yakni BRIS dan NATO. "Saham-saham yang keluar dari MSCI tentu akan menghadapi tekanan jual yang cukup tinggi sehingga secara jangka pendek akan cenderung turun," ucap Chris saat dihubungi Kontan.co.id, Senin (17/5).

Analis Erdikha Elit Sekuritas Regina Fawziah bahkan menilai, rebalancing indeks MSCI menjadi salah satu sentimen yang memengaruhi pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) pekan ini. "Kabar mengenai rebalancing indeks MSCI sempat membuat fluktuasi harga saham beberapa emiten seperti PGAS, TBIG, IPTV, TCPI, NATO dan juga BRIS cukup tinggi," kata Regina.

Baca Juga: Sektor telekomunikasi dihapus dari DNI, begini prospek bisnis menara

Chris menambahkan, dalam memutuskan untuk mengoleksi tidaknya suatu saham, investor perlu melihat fundamental dan teknikal saham itu sendiri. "Apakah secara valuasi sudah cukup murah atau secara teknikal masih berada pada jalur uptrend sehingga ketika harga sahamnya turun justru dapat dijadikan kesempatan untuk membeli," tutur Chris.

Tapi, Chris enggan berkomentar terhadap saham IPTV dan TCPI karena berada di luar lingkup bahasannya. Sementara untuk TBIG dan PGAS ia menilai kedua saham tersebut belum menarik untuk dibeli.

Pasalnya, meski TBIG masuk ke MSCI Global Standard Index, harga saham TBIG saat ini sudah cukup tinggi karena kenaikan yang terjadi bulan lalu. Pada perdagangan Senin (17/5), harga TBIG turun 4,96% ke level Rp 2.490 per saham dengan price earning ratio (PER) 56,6 kali. Jika dibandingkan dengan harga per akhir Maret 2021 yang berada di level Rp 2.070 per saham, harga TBIG saat ini sudah meningkat 20,29%.

Baca Juga: Manajer investasi sambut positif penyeragaman penghitungan indeks dengan free float

Untuk PGAS, selain karena turun kelas ke MSCI Small Cap Index, saham ini dinilai kurang menarik karena PGN diputus kalah dalam sengketa pajak melawan Direktorat Jenderal Pajak (DJP) Kementerian Keuangan di tingkat Mahkamah Agung (MA) pada awal Februari 2021. Alhasil, anggota holding BUMN migas ini harus membayar Rp 3,06 triliun kepada DJP sebagai bagian pajak terutang sebagaimana yang disengketakan di pengadilan.

Pada perdagangan Senin (17/5), harga PGAS merosot 7% ke level Rp 1.130 per saham dengan PER 7,63 kali. Jika dibandingkan dengan harga tiga bulan yang lalu, harga PGAS saat ini sudah anjlok 23,39%.

Baca Juga: Wall Street tertekan tanda-tanda inflasi AS

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
Accounting Mischief Practical Business Acumen

[X]
×