Reporter: Sugeng Adji Soenarso | Editor: Putri Werdiningsih
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Harga komoditas energi berpotensi melemah seiring potensi peningkatan pasokan minyak dan gas alam dari Amerika Serikat (AS).
Analis PT Finex Bisnis Solusi Future Brahmantya Himawan berpandangan bahwa salah satu penekan harga komoditas energi adalah pernyataan Trump terkait darurat energi. Menurutnya, Presiden AS ke-47 itu merupakan sosok yang domestik sentris.
"Dengan slogan 'Drill Baby Drill', Trump berencana meningkatkan produksi minyak dan juga gas alam," ujarnya kepada Kontan.co.id, Sabtu (25/1).
Baca Juga: Trump Menggembar-gemborkan Kebijakan Energi, Harga Minyak Turun Sepekan
Berdasarkan Trading Economics, pergerakan harga komoditas energi beragam dalam sepekan terakhir. Harga minyak turun 3,61% ke US$ 74,6 per barel hingga Jumat (24/1). Sementara untuk gas alam dan batubara naik 1,57% ke US$ 4,01 per MMBtu dan US$ 116,5 per ton.
Brahmantya melanjutkan, apalagi ditambah keluarnya AS dari Perjanjian Paris yang menunjukan sikap Amerika dengan slogan Drill baby Drill. Bahkan secara terang-terangan Trump meminta OPEC untuk menurunkan harga minyak.
"Dengan bertambahnya produksi, artinya akan menambah suplai yang ada, yang dapat membuat harga cenderung landai," sebutnya.
Baca Juga: Meski Tengah Tertekan, Prospek Harga Komoditas Energi Dinilai Tetap Positif
Untuk batubara, Brahmantya menyoroti bahwa harga batubara Indonesia masih potensi naik. Hal itu karena banyaknya permintaan yang dapat mendongkrak harga.
Dengan demikian, Finex Solusi Future memproyeksikan harga minyak berpotensi turun pada akhir tahun di US$ 70 per barel dan gas alam turun ke US$ 3 per MMBtu. Sedangkan batubara diperkirakan berpotensi naik ke US$ 135 per ton.
Selanjutnya: Tiket Whoosh Jadwal Baru 1 Februari Sudah Bisa Dibeli, Ada 62 Perjalanan Per Hari
Menarik Dibaca: Jadwal Pendaftaran Beasiswa LPDP 2025 Buka hingga 17 Februari
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News