Reporter: Hikma Dirgantara | Editor: Wahyu T.Rahmawati
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT Tower Bersama Infrastructure Tbk (TBIG) mendapat suntikan positif untuk menjalani 2020. Pada tahun ini, operator telekomunikasi masih menyisihkan sebagian besar belanja modal atawa capital expenditure (capex) untuk keperluan instalasi base transceiver station (BTS). Dengan demikian kebutuhan infrastruktur tower akan meningkat dan TBIG akan mendapat keuntungan.
Sebagai catatan PT Telekomunikasi Indonesia Tbk (TLKM) pada tahun ini menganggarkan 40%-50% dari keseluruhan capex untuk instalasi BTS. Tak jauh berbeda, PT Indosat Tbk (ISAT) pada tahun ini juga tengah gencar mengembangkan jaringan 4G. Sementara PT XL Axiata Tbk (EXCL) juga masih memerlukan tower tambahan setelah mengalami penurunan pengguna di kuartal III-2019.
Analis Henan Putihrai Muhammad As’ad menilai, tingginya kebutuhan akan tower bisa menjadi faktor potensial bagi pertumbuhan TBIG pada tahun ini. Dengan demikian, TBIG akan melanjutkan tren kinerja positif tahun 2019.
Baca Juga: Tower Bersama (TBIG) tawarkan surat utang US$ 350 juta
Gani, analis Ciptadana Sekuritas mengungkapkan, TBIG berada di posisi yang menguntungkan dan di jalur yang tepat. Hal ini tidak terlepas dari hubungan yang kuat antara TBIG dan anak usaha TLKM, Telkomsel, serta keberhasilan TBIG mengamankan pesanan dari operator yang lebih kecil.
“Terlihat pada kuartal III-2019 di mana pesanan dari EXCL, Hutchison 3, dan PT Smartfren Telecom Tbk (FREN) menjadi penopang pertumbuhan TBIG. Pendapatan TBIG dari ketiga operator tersebut bila digabungkan tumbuh 26% secara year on year (yoy),” tulis Gani dalam riset tanggal 30 Desember 2019.
Sementara itu, analis Indo Premier Sekuritas Hans Tantio dalam riset pada November 2019 menulis, TBIG berhasil mencatatkan pertumbuhan penyewa tertinggi dari kuartal II-2019 ke kuartal III-2019. TBIG menambah 1.342 penyewa dalam kurun waktu tersebut. Dengan demikian, hingga kuartal III-2019, TBIG sudah mengumpulkan 2.578 penyewa.
Baca Juga: Perkokoh Posisi Jawara, Begini Prospek Sarana Menara Nusantara (TOWR)
“Artinya sudah tercapai 86% dari keseluruhan target penyewa TBIG yang berjumlah 3.000 untuk 2019. Dengan penambahan tersebut, TBIG berhasil meningkatkan tenancy ratio menjadi 1,8 kali dari 1,69 kali pada 2018. Ini sekaligus mempertahankan posisi Tower Bersama sebagai tower player dengan kolokasi tertinggi,” tulis Hans.
Awal tahun ini, TBIG akan menerbitkan global bond dengan nilai US$ 350 juta. Langkah yang diambil TBIG tersebut dinilai As’ad sebagai upaya untuk refinancing dan justru bisa berdampak positif.
“Dengan rate yang pastinya turun dan tenor pembayaran juga jadi lebih panjang, tentunya malah akan positif. Jadi secara operasional justru tidak akan memengaruhi dan secara tidak langsung, mungkin juga bisa memperbaiki kinerja keuangannya,” jelas As’ad kepada Kontan.co.id.
Baca Juga: Prospek oke, saham Tower Bersama (TBIG) justru bisa turun
Mengintip Peluang di Luar Jawa dan Sumatra
Selain masih tingginya kebutuhan penyewaan tower, katalis positif lain bagi kinerja TBIG adalah masih terbukanya pasar di luar Pulau Jawa dan Sumatra. Sebab untuk perizinan pendirian tower baru di Jawa dan Sumatra menjadi lebih sulit. Sementara untuk pengembangan di luar Jawa dan Sumatra, TBIG bisa menyasar kolaborasi dengan Badan Aksesibilitas Telekomunikasi dan Informasi (BAKTI).
“BAKTI kan berencana menyiapkan backbone jaringan untuk persebaran telekomunikasi, nah TBIG bisa masuk ke situ untuk ekspansi di luar Jawa dan Sumatera. Belum lagi peluang menggarap jaringan di ibu kota baru,” ujar As’ad.
Baca Juga: Tower Bersama (TBIG) berencana akuisisi seluruh menara yang dilelang XL Axiata (EXCL)
Minimnya infrastruktur menara telekomunikasi di ibu kota baru bisa menjadi dorongan positif untuk TBIG. As’ad memproyeksikan pendapatan TBIG pada tahun 2020 bisa mencapai Rp 5,08 triliun dengan laba bersih mencapai Rp 1,06 triliun.
Meski demikian, As’ad merekomendasikan untuk hold saham TBIG dengan target harga Rp 1.200. Dia menyarankan investor untuk melihat terlebih dahulu laporan keuangan TBIG hingga akhir 2019 sebelum mengambil keputusan. Sementara Gani merekomendasikan untuk beli saham TBIG dengan target harga Rp 1.870. Hari ini, harga saham TBIG stagnan pada Rp 1.100 per saham.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News