Reporter: Kenia Intan | Editor: Herlina Kartika Dewi
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Sejak awal tahun hingga penutupan perdagangan Selasa (26/5), Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) terkoreksi 26,55% ke level 4.626,8.
Jika dicermati, penurunan paling dalam sejauh ini terjadi di Maret 2020, hingga 16,76% Month on Month (MoM). Sehingga pada saat itu secara tahunan IHSG menurun sampai 27,95% ke level 4.538,93.
Penurunan yang cukup drastis itu tidak terlepas dari pengumuman kasus pasien Covid-19 pertama di Indonesia pada 2 Maret 2020. Kemudian, pemerintah mengimbau masyarakat untuk jaga jarak atau physical distancing dan akhirnya menandatangani aturan terkait Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) di akhir Maret 2020.
Baca Juga: Di tengah pandemi Covid-19, investor domestik dominasi pasar saham
Untuk saat ini, pemerintah telah menerbitkan protokol kenormalan baru atau new normal untuk menghadapi pandemi Covid-19. Berdasar catatan Kontan.co.id, protokol itu muncul untuk memfasilitasi perkantoran yang sebelumnya tidak beroperasi sesuai dengan Peraturan Pemerintah Nomor 21 Tahun 2020 tentang Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) dalam rangka percepatan penanganan Covid-19. Adapun Protokol tersebut dimuat dalam Keputusan Menteri Kesehatan Nomor HK.01.07/MENKES/328/2020.
Melihat hal ini, Direktur Anugerah Mega Investama Hans Kwee menilai pelonggaran PSBB di tengah kasus yang tetap meningkat bisa menjadi sentimen negatif bagi pasar.
"Di dunia dan Indonesia itu sama, gelombang kedua Covid-19 menjadi isu pertama," jelas Hans Kwee ketika dihubungi Kontan.co.id, Selasa (26/5).
Meskipun, sejauh ini ia mengamati belum ada tanda-tanda kemunculan gelombang kedua Covid-19. Selain itu, pasar juga mengkhawatirkan daya beli masyarakat di tengah pelonggaran PSBB yang terwujud dalam protokol normal baru.
Di sisi lain, Analis Panin Sekuritas William Hartanto mengamati kenormalan baru bisa menjadi dampak positif sebab bisa mendorong kondisi ekonomi. Terkait gelombang kedua pandemi Covid-19, ia beranggapan sentimen itu sudah diantisipasi dengan pencarian vaksin.
"Sudah bukan sentimen baru untuk IHSG," ungkap William kepada Kontan.co.id, Selasa (26/5).
Baca Juga: IHSG menguat 1,78% ke 4.626 pada akhir perdagangan Selasa (26/5)
Meski demikian, William melihat sejauh ini IHSG terlihat masih sideways di level 4.565 hingga 4.680. Tekanan jual bersih (net sell) investor asing yang masih besar menjadi pemicunya.
Jika ke depan tidak ada sentimen lain yang memperberat pasar, maka IHSG diprediksi dapat menyentuh level 5.000 di akhir tahun 2020. Akan tetapi, jika ada sentimen pemberat lainnya, IHSG berpotensi melemah hingga level 4.200.
Selain Covid-19, kembali memanasnya tensi antara Amerika Serikat dan China bisa memperberat pergerakan IHSG.
"Akan berpengaruh kalau indeks Asia juga menurun. Sentimen ini sebenarnya tidak berimbas langsung ke Indonesia, tidak seperti Covid-19," jelas William.
Sementara itu, Hans Kwee memperkirakan IHSG bisa menyentuh level 5.775 di akhir tahun. Dengan catatan, gelombang kedua tidak terjadi dan Covid-19 segera berakhir. Jika terjadi sebaliknya, IHSG akan berada di level 4.445.
Baca Juga: IHSG berhasil menguat pasca Lebaran, berikut sentimen pendorongnya
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News