Reporter: Sugeng Adji Soenarso | Editor: Noverius Laoli
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Tensi perang dagang meningkat usai tarif baru yang dikenakan kepada Kanada dan Meksiko. Lantas, instrumen investasi apa yang sebaiknya dipegang?
Jika melihat kinerja portofolio selama Februari 2025, valas dan emas menjadi instrumen dengan kinerja terbaik. Pairing JPYIDR mencatatkan penguatan 4,53% secara bulanan (Month over Month/MoM). Disusul GBPIDR 3,22%, CHFIDR 2,88%, SGDIDR 2,24%, dan USDIDR 2,09%.
Untuk emas, emas Antam memberikan imbal hasil sebesar 3,58%, kendati untuk emas spot imbal hasilnya hanya sebesar 0,48% selama Feburari 2025. Adapun penguatan emas Antam didukung melemahnya rupiah terhadap USD.
Baca Juga: Simak Tips Perencana Keuangan Mengelola Portofolio di Tengah Ketidakpastian Ekonomi
Perencana Keuangan Finansia Consulting Eko Endarto menilai kinerja positif valas menggambarkan nilai rupiah yang turun. Apalagi dengan banyaknya sentimen negatif dan masalah pemutusan hubungan kerja (PHK), sehingga mendorong investor melepas rupiah dan mengambil posisi aman di mata uang stabil.
Di sisi lain, emas juga didorong kondisi dolar AS yang banyak mengalami goncangan setelah Trump keluarkan paket-paket tarifnya. Alhasil, investor juga mencari alternatif investasi yang aman.
Untuk jangka pendek, kedua instrumen tersebut dinilai masih mampu mencatatkan kinerja positif, sembari menilik perkembangan ekonomi di AS. "Namun untuk jangka panjang valas dan emas akan menuju keseimbangannya kembali," ujarnya kepada kontan.co.id, Rabu (5/3).
Dengan kondisi ketidakpastian saat ini, Eko melihat untuk jangka pendek sebaiknya investor memegang cash dan mencari alternatif save heaven seperti emas dan perak. "Tahan berinvestasi jangka panjang, dengan alokasikan ke obligasi dan reksadana pendapatan tetap," lanjutnya.
Baca Juga: Trump: Warga AS Bisa Merasakan Penderitaan Akibat Perang Dagang
Adapun sepanjang Februari obligasi pemerintah mencatatkan imbal hasil 1,15% MoM dan obligasi korporasi sebesar 1% MoM. Sementara itu reksadana pendapatan tetap mencetak kinerja 0,73% MoM.
Berdasarkan tipe investor, Eko menyarankan investor agresif bisa mengalokasikan dana 50% jangka pendek dan 50% jangka panjang. Lalu moderat 30% jangka pendek, 50% jangka menengah dan 20% jangka panjang.
Sementara konservatif 30% jangka pendek, 30% jangka menengah dan 40% jangka panjang.
"Jangka pendek bisa ke deposito atau reksadana pasar uang, lalu jangka menengah emas atau obligasi dan untuk jangka panjang bisa ke saham atau crypto," jelasnya.
Baca Juga: Pertumbuhan Bisnis Tahun Depan Diprediksi Melambat Akibat Perang Dagang Trump
Kepala Ekonom Bank Permata Josua Pardede menyebutkan, sejalan dengan ketidakpastian yang masih meningkat, kinerja pasar saham dan obligasi memang diperkirakan masih akan tertahan ke depannya.
"Namun demikian, bila nantinya memang the Fed memberikan sinyal pemotongan yang lebih agresif, kinerja pasar saham dan obligasi berpeluang membaik," imbuhnya.
Selanjutnya: Valas Catat Kinerja Terbaik Dibanding Instrumen Lain, Mata Uang Mana Paling Baik?
Menarik Dibaca: Cara Mudah Transfer Uang di Indomaret dan Syarat yang Harus Dilakukan
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News