Reporter: Anna Suci Perwitasari | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie
KUALA LUMPUR. Indonesia diprediksi belum akan bergabung dalam Asean Linkage dalam waktu dekat. Presiden Direktur Schroder Investment Management Indonesia Michael Tjoajadi menilai, banyak peraturan yang mesti diubah jika Indonesia bergabung dalam integrasi pasar modal Asean.
"Tergabungnya Indonesia tidak akan dalam satu atau dua tahun lagi," kata Michael dalam CIMB Asean Conference 2012 di Kuala Lumpur Rabu (13/6). Dia memprediksi, Bursa Efek Indonesia (BEI) baru akan mempertimbangkan untuk bergabung dalam Asian Community ini pada 2015 mendatang.
"Indonesia masih harus memikirkan beberapa hal seperti OJK. Selain itu, ada pula tantangan dalam mata uang dan beberapa hal lainnya," tambah Michael.
Sebagai catatan saja, dalam waktu dekat Asean Linkage akan segera diumumkan. Awalnya, Asean Linkage ini digunakan untuk wadah dari tujuh bursa dari enam negara yang berada di wilayah Asean. Yaitu Bursa Malaysia, formerly Kuala Lumpur Stock Exchange (KLSE); Hanoi STC, Hanoi Stock Exchange, Vietnam; HOSE, Ho Chi Minh Stock Exchange, Vietnam; IDX, Indonesia Stock Exchange, previously Jakarta Stock Exchange, Indonesia; PSE, Philippine Stock Index, Philippines; SET, Stock Exchange of Thailand, Thailand; SGX, dan Singapore Exchange, Singapore.
Namun, hingga saat ini, baru ada tiga bursa saham yang akan tergabung dalam wadah tersebut. "Dalam waktu dekat, kami akan umumkan untuk Asean Linkage yang terdiri dari Bursa Malaysia, Singapore Exchange dan Stock Exchange of Thailand," ungkap CEO Bursa Malaysia Bhd, YBhg Dato' Tajuddin Bin Atan pada kesempatan yang sama.
Bersatunya ketiga bursa ini mencerminkan 70% dari total likuiditas dari tujuh bursa saham yang ada di Asean. "Sebanarnya ini bisa jadi pekerjaan rumah dari Indonesia, untuk menggenjot investor lokal agar bursa saham Indonesia tidak terpukul jika investor asing keluar dan lebih memilih masuk ke pasar Asean Linkage," lanjut Michael.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News