Reporter: Auriga Agustina | Editor: Wahyu T.Rahmawati
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Beberapa emiten bersiap menawarkan saham dengan skema hak memesan efek terlebih dahulu (HMETD) atau rights issue. Emiten-emiten ini antara lain adalah Hotel Mandarine Regency (HOME), Merdeka Copper Gold (MDKA), Buana Lintas Lautan (BULL).
HOME berencana menawarkan 1,94 miliar saham baru dengan target perolehan dana Rp 1,94 triliun. Saat dikonfirmasi oleh Kontan.co.id, Selasa (12/3) Direktur HOME Ardi Syofyan mengatakan, aksi korporasi ini dilakukan untuk merenovasi hotel yang ada di kota Batam dan untuk membangun satu hotel melalui anak usaha.
Selanjutnya BULL akan melakukan rights issue pada kuartal kedua 2019. Perusahaan ini akan menawarkan saham baru sebanyak 3,4 miliar saham. Direktur Utama Buana Lintas Lautan (BULL) Kevin Wong mengatakan, target dana yang dibidik adalah sebesar Rp 935 miliar. Nantinya dana tersebut akan digunakan untuk pengembangan armada BULL dan modal kerja. Nantinya bagi pemegang saham yang tidak meleksanakan haknya dapat terdilusi maksimal 30%.
Sementara itu, Merdeka Corpper Gold Tbk (MDKA) akan menerbitkan maksimal 470 juta saham baru dengan skema PMHMETD II dengan nilai nominal Rp 100 per saham.
Bagi pemegang saham MDKA yang tidak melaksanakan HMETD yang dimilikinya dalam PMHMETD II, maka kepemilikan pemegang saham tersebut akan terdilusi dengan jumlah keseluruhan maksimum sebesar 10,14%. Presiden Direktur MDKA Tri Boewono menyebutkan, dana dari hasil rights issue akan digunakan untuk belanja modal, pembayaran kembali kewajiban keuangan, modal kerja maupun anak usaha.
Analis Reliance Sekuritas Kornel Wicaksono mengatakan, rights issue sederhananya adalah ajakan bagi pemegang saham, untuk membeli lagi saham diharga yang lebih rendah pada masa yang akang datang, "Keuntungan bagi saham existing adalah mereka bisa membeli saham di harga diskon atau bisa juga menjual haknya tersebut," katanya.
Dari ketiga saham yang melakukan rights issue, menurutnya yang paling menarik adalah MDKA dan BULL, sebab emiten tersebut memiliki sisi kinerja yang baik.
Dia mengatakan, meski BULL pernah tertimpa issue negatif yakni di-blacklist oleh Pertamina sehingga tidak bisa menerima proyek angkutan migas dari Pertamina, namun rights issue-nya masih dapat dicermati. Sebab investor harus mencermati hal tersebut tidak berdampak negatif terhadap kinerja BULL. Hal ini dibuktikan pada kuartal III tahun lalu, pendapatan dan laba BULL masih dapat naik meski terdapat sentimen negatif.
Dia mengatakan untuk meraih cuan dalam aksi rights issue, investor existing harus menghitung dengan seksama harga dilusi yang akan terjadi berbanding dengan harga pelaksanaan. Selain itu, jika investor tidak memiliki dana lebih untuk melaksanakan HMETD, maka hak tersebut bisa dijual untuk mendapatkan dana ekstra.
Sementara Valdy Kurniawan Analis Phintraco Sekuritas mengatakan, untuk memperoleh cuan dalam rights issue, investor harus mencermati emiten yang menerbitkan saham baru tersebut. "Lihat laporan keuangannya, lihat historis sahamnya," katanya.
Dengan demikian Valdy menilai, dari emiten yang akan melakukan rights issue tersebut paling menarik adalah BULL. Sebab sahamnya paling likuid dan volatilitas harga dalam enam bulan terakhir relatif tidak terlalu signifikan. "Secara kinerja juga labanya naik 14,2% pada kuartal ketiga tahun lalu," tuturnya.
Meski demikian Valdy mengatakan, investor harus lebih cermat memantau kinerja keuangan BULL ke depan. Kalau kinerja membaik tentunya kepercayaan investor juga pasti meningkat, sehingga konversi rights menjadi saham bisa besar.
"Konversi rights kan, sama dengan menambah nilai kepemilikan saham kita di perusahaan. Kalau berdasarkan pertimbangan di atas BULL ada potensi serapan besar," kata Valdy.
Dia menambahkan, meski kinerja HOME kurang baik, HOME masih memiliki potensi untuk diserap pasar karena rata-rata value transaksi cukup besar dan keperluan dana digunakan untuk ekspansi. "Harapannya sih dapat memperbaiki kinerja HOME ke depan," pungkasnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News