CLOSE [X]
kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.470.000   4.000   0,27%
  • USD/IDR 15.946   -52,00   -0,33%
  • IDX 7.161   -53,30   -0,74%
  • KOMPAS100 1.094   -8,21   -0,74%
  • LQ45 872   -4,01   -0,46%
  • ISSI 216   -1,82   -0,84%
  • IDX30 446   -1,75   -0,39%
  • IDXHIDIV20 540   0,36   0,07%
  • IDX80 126   -0,84   -0,67%
  • IDXV30 136   0,20   0,15%
  • IDXQ30 149   -0,29   -0,20%

Yuan China melemah, Sri Rejeki Isman (SRIL) yakin masih kompetitif


Selasa, 06 Agustus 2019 / 23:26 WIB
Yuan China melemah, Sri Rejeki Isman (SRIL) yakin masih kompetitif


Reporter: Nur Qolbi | Editor: Khomarul Hidayat

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Sejumlah analis menyatakan, pelemahan yuan China terhadap rupiah berpotensi meningkatkan risiko persaingan produk dalam negeri dengan barang-barang impor China. Pasalnya, pelemahan yuan China yang dipicu perang dagang antara Amerika Serikat (AS)-China memang bertujuan mendorong ekspor dari China ke negara lain agar lebih kompetitif.

Merespons hal tersebut, Direktur Utama PT Sri Rejeki Isman Tbk (SRIL, anggota indeks Kompas100) Iwan Setiawan Lukminto mengatakan, pelemahan yuan China tidak membawa pengaruh pada bisnisnya. Alasannya, SRIL cukup kompetitif untuk bersaing dengan produk tekstil dan garmen asal China. “Selain itu, kami juga ekspor ke China. Yang dikhawatirkan adalah pemain lain yang tidak kompetitif,” ujar dia di Menara Kompas, Jakarta, Selasa (6/8).

Meskipun begitu, menurut dia, saat ini, industri tekstil dan garmen Indonesia masih cukup kompetitif untuk bersaing dengan  produk asal China. “Tapi untuk jangka panjang, kalau pelemahan ini terjadi terus menerus,  maka dampaknya akan kurang baik,” kata Iwan.

Baca Juga: Yuan melemah, Analis: Semua emiten terkena imbasnya

Oleh karena itu, menurut dia, pembuat kebijakan harus memiliki aturan yang melindungi produk tekstil dan garmen Tanah Air. Dengan begitu, tidak semua produk impor bisa masuk. Selain itu, pemerintah perlu mengutamakan produksi dalam negeri apabila produsen domestik memang sanggup untuk memproduksinya.

Menurut Iwan, salah satu aturan yang melemahkan posisi produk Indonesia adalah Permendag Nomor 64 Tahun 2017 tentang Ketentuan Impor Tekstil dan Produk Tekstil yang merupakan revisi dari Permendag Nomor 85 Tahun 2015.

Baca Juga: Kurs rupiah kembali tertekan akibat efek devaluasi yuan

Pada beleid tersebut, pemerintah mengizinkan pemilik izin API-U untuk impor bahan baku tekstil, sedangkan pada beleid sebelumnya, hanya produsen yang memiliki izin API-P yang boleh impor, dengan catatan bahan baku ini tidak diperjualbelikan. Aturan ini memperbolehkan importir umum untuk impor barang sehingga banyak produk tekstil membanjiri Indonesia,

Iwan menyadari bahwa perubahan aturan memiliki jalan yang berliku. Oleh karena itu, menurut dia, untuk tetap mampu bersaing dengan produk impor, perusahaan tekstil dan garmen dalam negeri perlu terus meningkatkan kualitas produknya. Salah satunya adalah dengan akselerasi teknologi lewat peremajaan mesin-mesin pabrik.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Advokasi Kebijakan Publik di Era Digital (Teori dan Praktek) Mengenal Pentingnya Sustainability Reporting

[X]
×