Reporter: Aris Nurjani | Editor: Wahyu T.Rahmawati
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Pada hari pertama perdagangan setelah libur lebaran, harga obligasi melemah. Pelaku pasar merespons kenaikan suku bunga Federal Reserve sebesar 50 bps pada 5 Mei lalu.
Senin (9/5), yield surat utang negara (SUN) acuan tenor 10 tahun seri FR0091 naik ke 7,245% dari posisi 6,967% pada perdagangan terakhir sebelum libur panjang Lebaran, Kamis (28/4). Ini adalah level tertinggi yield seri FR0091 sejak diterbitkan pada 13 Juli 2021. Kenaikan yield ini berarti harga SUN semakin turun.
Sedangkan yield US Treasury tenor 10 tahun kemarin ditutup pada 3,04%. Yield surat utang Amerika Serikat (AS) ini turun dari posisi tertinggi sebesar 3,13% pada Jumat (6/5).
Baca Juga: Obligasi Indonesia Semakin Tertekan Setelah The Fed Menaikkan Suku Bunga
Head of Fixed Income Bank Negara Indonesia (BNI) Fayadri mengatakan dampak agresivitas The Fed baru dirasakan oleh pasar obligasi Indonesia pada hari pertama perdagangan setelah libur lebaran.
"Risk aversion investor juga meningkat, hal ini terlihat dari CDS 5 tahun yang sudah menyentuh angka 129,36 yang merupakan angka tertinggi sejak awal tahun ini," kata Fayadri kepada Kontan.co.id, Senin (9/5).
Di sisi lain porsi kepemilikan asing per tanggal 27 April sudah berada di level 17,11%, turun dibanding posisi per akhir tahun 2021 yang berada di angka 19,05%.
Fayadri mengatakan sejak awal tahun persentase incoming bid dibandingkan dengan target indikatif lelang menunjukkan tren penurunan, baik pada pelaksanaan lelang SUN maupun SBSN. Terlihat investor lebih memilih untuk tidak agresif dan mengambil sikap wait and see.
Baca Juga: Pasar Merespons Keputusan The Fed, IHSG Terjun dari Level 7.000
Menurut Fayadri untuk lelang besok belum akan ada perubahan signifikan dari tren yang terjadi saat ini. Tapi dengan dukungan likuditas investor yang masih bagus, terutama perbankan, diperkirakan jumlah penawaran yang masuk masih akan di atas target indikatif.
Fayadri menyebut, seri SPN tenor 12 bulan diperkirakan masih akan menjadi favorit investor. Besarnya tekanan inflasi dan potensi kenaikan suku bunga lanjutan serta minimnya sentimen positif masih akan membatasi peluang penurunan yield di pasar SUN.
"Yield SUN 10 tahun masih berpotensi untuk menembus level 7,30%. Spread antara US Treasury 10 tahun dengan SUN tenor 10 tahun diperkirakan masih akan konsisten di kisaran 400 bps-450 bps," ucap Fayadri
Baca Juga: IHSG Terjun 4,42% ke 6.909 pada Senin (9/5), 10 Saham LQ45 Turun Lebih Dari 6%