Reporter: Aris Nurjani | Editor: Wahyu T.Rahmawati
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Federal Reserve menaikkan suku bunga acuan sebesar 50 bps pada pekan lalu. Langkah ini akan semakin menekan pasar obligasi Indonesia.
Head of Business Development Division Henan Putihrai Asset Management (HPAM) Reza Fahmi mengatakan, keputusan agresif The Fed menaikkan suku bunga dapat mengerek yield obligasi terus menanjak. Hal ini tidak menguntungkan bagi pasar obligasi Indonesia.
"Karena selisih yang kecil antara yield dengan US Treasury sehingga dapat memicu capital outflow dan hal tersebut bisa mendorong BI menaikkan suku bunga," ucap Reza.
Baca Juga: Reksadana Saham Catat Kinerja Apik, Reksadana Pendapatan Tetap Justru Tertekan
Senin (9/5), yield surat utang negara (SUN) acuan tenor 10 tahun seri FR0091 naik ke 7,245% dari posisi 6,967% pada perdagangan terakhir sebelum libur panjang Lebaran, Kamis (28/4). Ini adalah level tertinggi yield seri FR0091 sejak diterbitkan pada 13 Juli 2021. Kenaikan yield ini berarti harga SUN semakin turun.
Reza mengatakan risiko capital outflow asing diprediksi masih cenderung lebih kecil dibandingkan dengan tahun 2013, tahun 2015, ataupun tahun 2018. Hal ini karena investor asing menilai bahwa fundamental Indonesia masih cukup bagus.
Reza mengatakan pelemahan obligasi berasal dari kenaikan inflasi dan suku bunga The Fed. Sementara yang akan menjadi penyokong SUN adalah harga komoditas yang kembali normal, geopolitik stabil, likuiditas yang tinggi dan real yield di Indonesia.
Baca Juga: Pasar Merespons Keputusan The Fed, IHSG Terjun dari Level 7.000
"Dengan peringkat BBB yang didapati Indonesia kemarin dan juga fundamental Indonesia cukup bagus akan menjadi sentimen yang cukup baik untuk investor asing masuk ke Indonesia," ujar Reza.
Selain itu, Reza mengatakan The Fed secara agresif melakukan kenaikan suku bunga karena inflasi yang terjadi sangat tinggi mencapai 7% lebih, sedangkan di Indonesia inflasi saat ini berada pada kisaran 3% yang dimana lebih rendah dibanding dengan suku bunga bank Indonesia sekitar 3.5%.
Reza mengatakan kalau dilihat dari imbal hasil yang di berikan FR0092, mungkin akan lebih banyak diminati karena memberikan imbalan yang lebih tinggi dibanding yang lain, yaitu sebesar 7.125%.
Baca Juga: IHSG Terjun 4,42% ke 6.909 pada Senin (9/5), 10 Saham LQ45 Turun Lebih Dari 6%
Dia masih optimis bahwa market di Indonesia masih akan terus meningkat di tengah kenaikan suku bunga, namun investor juga harus berhati hati dalam memposisikan dana dalam berinvestasi.
"Jadi para investor bisa mendiversifikasikan dananya ke dalam beberapa produk investasi, bisa ke reksadana saham dan pasar uang untuk menunggu posisi koreksi sehat IHSG dan setelah itu bisa masuk ke pasar saham ataupun reksadana saham di saat market sudah mulai kembali naik," tutup Reza.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News