kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.932.000   3.000   0,16%
  • USD/IDR 16.284   21,00   0,13%
  • IDX 7.931   3,92   0,05%
  • KOMPAS100 1.112   -1,53   -0,14%
  • LQ45 822   -6,77   -0,82%
  • ISSI 267   1,23   0,46%
  • IDX30 425   -3,82   -0,89%
  • IDXHIDIV20 493   -4,52   -0,91%
  • IDX80 124   -0,81   -0,65%
  • IDXV30 132   -0,74   -0,56%
  • IDXQ30 138   -1,40   -1,01%

Yield SUN bergerak anomali terhadap CDS, ini alasannya


Selasa, 17 Desember 2019 / 22:44 WIB
Yield SUN bergerak anomali terhadap CDS, ini alasannya
ILUSTRASI. Yield SUN bergerak anomali terhadap CDS. KONTAN/Baihaki/10/9/2013


Reporter: Intan Nirmala Sari | Editor: Yudho Winarto

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Tak sejalannya pergerakan indeks persepsi risiko investasi Indonesia (CDS) dengan tingkat imbal hasil atau yield surat utang negara (SUN), justru mencerminkan bahwa risiko jangka pendek lebih rendah ketimbang risiko jangka panjang.

Asal tahu saja, Jumat (13/12) CDS tenor 5 tahun berada di level 67,721 sekaligus level terendah sepanjang sejarah. Sementara itu, yield SUN untuk tenor acuan 10 tahun justru naik.

"Penurunan CDS diikuti penurunan yield jangka pendek atau SUN 1 tahun yang menyentuh level terendah, setidaknya sejak Mei 2019 di angka 5,1%. Sedangkan yield 10 tahun tembus level 7,4%," jelas Ekonom Pefindo Fikri C Permana kepada Kontan.co.id, Selasa (17/12).

Baca Juga: Likuiditas sepi buat yield SUN sulit turun

Selain itu, belum turunnya yield SUN 10 tahun dikarenakan risiko neraca perdagangan dan defisit transaksi berjalan (CAD) yang masih menghantui di jangka panjang. Bahkan, menurut Fikri perbaikan CAD maupun neraca transaksi berjalan belum akan membaik dalam waktu singkat.

Di sisi lain, ada juga risiko tax ratio yang masih rendah. Hal tersebut memungkinkan terjadinya shortfall pajak dan deficit primary balance setiap tahunnya. Belum lagi, pergerakan nilai tukar rupiah terhadap dollar AS dinilai masih akan terdepresiasi.

Untuk 2020, Fikri memprediksi yield SUN 2020 bisa bergerak ke level 6,5% dengan syarat pertumbuhan ekonomi Indonesia berada di level 5,1%. Selain itu, nilai tukar rupiah terhadap dollar AS juga bergerak stabil antara Rp 14.100 per dollar AS hingga Rp 14.400, disusul dengan budget deficit di angka 2%.

Adapun sentimen yang bakal mendorong SUN turun di tahun depan yakni daya tawar Indonesia dalam menjaga dampak sentimen negatif terhadap aktivitas ekspor akan menjadi kunci.

Baca Juga: Kemenkeu pastikan penerbitan Diaspora Bond tahun 2020

Investasi portofolio, juga akan terjaga lewat stabilitas rupiah, terdorongnya investasi langsung (riil atau FDI), omnibus law sptnya akan menjadi harapan. Sementara itu, dari sisi pemerintah, upaya untuk mendorong komunikasi, sosialisasi dan kesadaran membayar pajak akan lebih baik ke depan.

Senior Vice President Recapital Asset Management Rio Ariansyah pergerakan anomali yield SUN terhadap CDS, kemungkinan besar dikarenakan pengaruh data neraca perdagangan. Padahal, pergerakan nilai tukar rupiah terhadap dollar AS tidak memberikan dampak signifikan.

Kemarin (16/12) Bank Indonesia (BI) merilis defisit neraca perdagangan November 2019 yang melebar menjadi US$ 1,33 miliar dollar AS. Pelebaran tersebut dikarenakan tingginya impor barang konsumsi menjelang akhir tahun dan kebutuhan impor untuk menunjang kegiatan produktif.

"Dengan asumsi CDS yang dipegang saat ini, idealnya yield SUN 10 tahun bisa di bawah antara level 6,75% hingga 7%," jelas Rio kepada Kontan.co.id.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
[Intensive Workshop] AI-Powered Scenario Analysis Procurement Strategies for Competitive Advantage (PSCA)

[X]
×