kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45893,43   -4,59   -0.51%
  • EMAS1.308.000 -0,76%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Likuiditas sepi buat yield SUN sulit turun


Selasa, 17 Desember 2019 / 21:58 WIB
Likuiditas sepi buat yield SUN sulit turun
ILUSTRASI. Likuiditas sepi buat yield SUN sulit turun. KONTAN/Baihaki/14/2011


Reporter: Intan Nirmala Sari | Editor: Yudho Winarto

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Ditekan lesunya likuiditas, pergerakan yield surat utang negara (SUN) tidak mencerminkan persepsi risiko investasi Indonesia (CDS). Idealnya, imbal hasil SUN bakal turun ketikan level CDS mengalami penurunan.

Asal tahu saja, Jumat (13/12) CDS tenor 5 tahun berada di level 67,721 sekaligus level terendah sepanjang sejarah. Sementara itu, yield SUN untuk tenor acuan 10 tahun justru naik ke posisi 7,25%.

Associate Director Fixed Income Anugerah Sekuritas Indonesia, Ramdhan Ario Maruto mengatakan, pergerakan yield yang belum sejalan dengan level CDS dikarenakan arus likuiditas yang masuk ke Tanah Air masih lesu.

Baca Juga: Kemenkeu pastikan penerbitan Diaspora Bond tahun 2020

"Demand dan supply lesu, asing juga belum tertarik masuk tampak dari transaksi harian yang turun, market sepi, alhasil CDS turun, yield turun," jelas Ramdhan kepada Kontan.co.id, Selasa (17/12).

Menurut Ramdhan, idealnya saat level CDS berada di bawah level 70.000, maka yield SUN untuk tenor 10 tahun bisa bertengger di level 7%. Prediksinya, di tengah ketidakpastian global yield SUN tenor 10 tahun di 2020 bakal berada di rentang 6,8% hingga 7% dengan harapan kondisi pasar bisa lebih kondusif.

Apalagi, menurutnya pasar Indonesia masih cukup menarik karena memiliki suku bunga acuan 5% dan menawarkan yield yang cukup tinggi dibandingkan negara-negara lainnya.

Baca Juga: Mengapa pemerintah mengurangi SBN ritel tahun 2020? Ini kata ekonom

Belum lagi, dengan stabilitas perekonomian Tanah Air di 2020, turut menjadi daya tarik tambahan bagi asing untuk masuk ke pasar obligasi Indonesia tahun depan.

Hanya saja, Ramdhan mengakui beberapa tantangan masih akan menghantui pasar obligasi Indonesia di tahun depan. Dari eksternal, sentimen perang dagang masih jadi perhatian asing untuk masuk pasar obligasi Indonesia, ditambah lagi ada pemilihan presiden di Amerika Serikat (AS) yang menjadikan pasar lebih memilih untuk wait and see.

"Dari domestik, defisit neraca perdagangan masih jadi PR ke depan. Meskipun begitu, harapannya rupiah bisa lebih stabil di 2020," tandasnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
Practical Business Acumen Supply Chain Management on Sales and Operations Planning (S&OP)

[X]
×