kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.546.000   5.000   0,32%
  • USD/IDR 16.205   -5,00   -0,03%
  • IDX 7.065   -15,76   -0,22%
  • KOMPAS100 1.047   -0,56   -0,05%
  • LQ45 821   -0,42   -0,05%
  • ISSI 210   -0,21   -0,10%
  • IDX30 422   -0,40   -0,10%
  • IDXHIDIV20 504   -0,41   -0,08%
  • IDX80 120   -0,22   -0,18%
  • IDXV30 123   -0,06   -0,04%
  • IDXQ30 140   -0,22   -0,16%

Window Dressing Tak Terjadi, Cermati Potensi January Effect dan Saham Jagoan Analis


Senin, 06 Januari 2025 / 14:10 WIB
Window Dressing Tak Terjadi, Cermati Potensi January Effect dan Saham Jagoan Analis
ILUSTRASI. Suasana di main hall Bursa Efek Indonesia (BEI), Jakarta, Rabu (13/11/2024). Indeks Harga Saham Gabungan melemah 13.31 poin atau 0,18% ke posisi 7,308.67 pada penutupan perdagangan kemarin, Rabu (13/11/2024). Tercatat ada 27 saham yang mengalami kenaikan dan 28 yang mengalami penurunan. KONTAN/Cheppy A. Muchlis/13/11/2024


Reporter: Ridwan Nanda Mulyana | Editor: Noverius Laoli

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Performa saham blue chip redup sepanjang tahun 2024 di mana window dressing gagal terjadi. Meski demikian, pada awal tahun 2025 ini, saham blue chip berpotensi menguat ditopang January Effect. 

Pada tahun 2024, indeks yang berisi saham blue chip: LQ45 dan IDX30 merosot lebih dalam daripada Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) yang turun 2,65%. Indeks LQ45 mengakumulasi pelemahan 14,83%, dan IDX30 anjlok 14,48% sepanjang tahun 2024.

Financial Expert Ajaib Sekuritas, Ratih Mustikoningsih menyoroti sejumlah faktor penekan saham blue chip. Mulai arus dana keluar (capital outflow) dari investor asing, depresiasi nilai tukar rupiah, iklim suku bunga yang masih tinggi, serta sentimen ekonomi seperti penurunan daya beli.

Baca Juga: Ada Potensi January Effect, Cek Arah IHSG & Rekomendasi Saham Awal 2025

Sementara itu, Vice President Marketing, Strategy and Planning Kiwoom Sekuritas Indonesia, Oktavianus Audi menilai, pelemahan blue chip pada tahun lalu  disebabkan sentimen makro ekonomi global dan tensi geopolitik. Apalagi, ada tahun politik dengan pemilihan presiden di Indonesia dan Amerika Serikat (AS).

"Hal ini mendorong investor cenderung melepas saham, termasuk saham blue chip yang jadi penggerak IHSG," kata Audi, Minggu (5/1).

Namun memasuki tahun 2025, performa LQ45 dan IDX30 tampak sejalan dengan IHSG. Dengan tidak terjadinya window dressing di akhir tahun lalu, realokasi investasi di awal tahun ini kemungkinan akan kembali bergeser ke blue chip.

Technical Analyst BRI Danareksa Sekuritas, Reyhan Pratama melihat, potensi bangkitnya saham-saham blue chip akan membuka peluang hadirnya January Effect, yang bakal mendongkrak IHSG.

Baca Juga: IHSG Diperkirakan Menguat Senin (9/12), Window Dressing jadi Salah Satu Katalisnya

"Dari aspek psikologis, optimisme awal tahun, akumulasi saham undervalue dan penyesuaian portofolio dengan saham-saham blue chip berpotensi menjadi pendorongnya," terang Reyhan.

Investment Analyst Infovesta Kapital Advisori, Ekky Topan menilai, sebagian saham-saham blue chip telah berada di titik harga yang menarik secara valuasi. Situasi ini membuka peluang untuk terjadinya technical rebound jangka pendek.

Dividen

Bagi investor yang berorientasi jangka menengah hingga panjang, saham blue chip bisa menjadi pilihan dengan mempertimbangkan pembagian dividen usai rilis kinerja setahun penuh 2024. Investor dapat mulai akumulasi beli saham keping biru saat harga koreksi.

Ratih sepakat, pelaku pasar bisa memanfaatkan peluang capital gain dan dividend yield kuartal I-2025. Peluang akumulasi blue chip menjadi lebih menarik saat IHSG tengah di posisi undervalue.

Hanya saja, investor juga perlu mencermati faktor eksternal. Terutama ketika secara global pelaku pasar cenderung wait and see akibat sinyal hawkish The Fed dan kebijakan Donald Trump usai dilantik menjadi presiden AS.

Baca Juga: Menakar Potensi Rotasi Sektor & Saham Unggulan Analis Saat Laju IHSG Tertahan

"Karena itu, strategi akumulasi dengan money management yang baik dapat dilakukan, misalnya buy on weakness dan dollar cost averaging," jelas Ratih.

Ratih menyarankan selektif mengoleksi saham blue chip. Ratih merekomendasikan buy on weakness saham BBRI, MEDC, dan TLKM.

 

Sedangkan Audi menyematkan rekomendasi buy untuk BMRI, ANTM, UNTR, dan TLKM. Lalu, Reyhan menyarankan saham big bank. Dia juga menilai, investor bisa buy atau hold saham yang sedang uptrend, seperti GOTO.

Selanjutnya: Google-nya Rusia Dititahkan untuk Sembunyikan Peta Kilang Minyak, Ini Alasannya

Menarik Dibaca: 10 Minuman Sehat Penurun Gula Darah Tinggi yang Terbukti Efektif

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Bond Voyage Mastering Strategic Management for Business Development

[X]
×