CLOSE [X]
kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.466.000   -11.000   -0,74%
  • USD/IDR 15.860   -72,00   -0,46%
  • IDX 7.215   -94,11   -1,29%
  • KOMPAS100 1.103   -14,64   -1,31%
  • LQ45 876   -10,76   -1,21%
  • ISSI 218   -3,03   -1,37%
  • IDX30 448   -5,87   -1,29%
  • IDXHIDIV20 540   -6,91   -1,26%
  • IDX80 126   -1,77   -1,38%
  • IDXV30 135   -1,94   -1,41%
  • IDXQ30 149   -1,85   -1,22%

Menakar Potensi Rotasi Sektor & Saham Unggulan Analis Saat Laju IHSG Tertahan


Selasa, 16 Juli 2024 / 20:27 WIB
Menakar Potensi Rotasi Sektor & Saham Unggulan Analis Saat Laju IHSG Tertahan
ILUSTRASI. rekomendasi saham dari para analis saat laju IHSG terhenti


Reporter: Ridwan Nanda Mulyana | Editor: Anna Suci Perwitasari

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Laju Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) kembali tertahan usai menembus level psikologis 7.300 pada pekan lalu. IHSG turun dua hari beruntun di awal pekan ini, dan menutup perdagangan Selasa (16/7) dengan pelemahan 0,75% ke posisi 7.224,29.

Ada secercah harapan saham-saham di sektor yang tertinggal pada paruh pertama 2024 mulai bangkit. Tengok saja performa indeks sektoral properti yang menguat 7,25%, disusul sektor infrastruktur menguat 4,13% dan sektor industri naik 3,32% di sepanjang pekan lalu.

Sebaliknya, hanya sektor energi dan barang baku yang melemah, masing-masing turun 1,49% dan 0,53% pada pekan lalu. Tapi, berbarengan dengan laju IHSG yang masih labil serta pergeseran sentimen pasar yang dinamis, rotasi sektor di awal semester II-2024 masih terbatas.

Head Customer Literation and Education Kiwoom Sekuritas Oktavianus Audi mengamati pelemahan IHSG di awal pekan ini sudah cenderung terantisipasi dan masih dalam kategori koreksi sehat. IHSG masuk dalam zona jenuh beli dan ada area supply pada rentang 7.250 - 7.370.

Audi menyoroti tiga sentimen yang membuka potensi terjadinya rotasi sektor di tengah situasi saat ini. Pertama, meningkatnya ekspektasi pasar terhadap peluang pelonggaran kebijakan moneter pasca rilis data ekonomi Amerika Serikat (AS).

Baca Juga: Melaju Paling Kencang, Simak Peluang Investasi Saham di Papan Akselerasi

Kedua, normalisasi nilai tukar rupiah, di mana saat ini sudah kembali ke level Rp 16.200 per dolar AS. Ketiga, masih kuatnya makro ekonomi Indonesia, yang tampak dari surplus neraca dagang dan terjaganya tingkat inflasi.

Kondisi ini mendorong investor mulai kembali masuk ke dalam saham emiten berkategori cyclicals atau yang sensitif terhadap perubahan makro ekonomi dan suku bunga. Sedangkan koreksi di sektor energi disebabkan normalisasi harga komoditas dan pelemahan indeks dolar AS.

"Potensi terjadi rotasi sektoral seiring dengan pemangkasan suku bunga. Jika berkaca di semester pertama, emiten berkategori cyclical atau sensitif terhadap makro ekonomi cenderung dilepas sehingga mengalami penurunan," kata Audi kepada Kontan.co.id, Selasa (16/7).

Certified Elliott Wave Analyst Master Kanaka Hita Solvera Daniel Agustinus turut melihat potensi rotasi sektor di tengah ekspektasi penurunan suku bunga The Fed pada September mendatang. Langkah The Fed akan menjadi acuan bagi bank sentral negara lainnya, termasuk Bank Indonesia.

Sehingga saham di sektor yang cenderung diuntungkan dengan penurunan suku bunga seperti properti dan konstruksi akan terpapar sentimen positif. Pengamat Pasar Modal & Founder WH-Project William Hartanto sepakat, arah kebijakan suku bunga The Fed bakal menjadi sentimen penting.

William menaksir penguatan sektor properti pada pekan lalu terdorong oleh spekulasi pasar usai rilis data ekonomi AS yang tampak mendukung pemangkasan suku bunga. Tapi selama masih belum ada kepastian, sentimen tersebut belum kuat untuk mendorong terjadinya rotasi sektor.

Dus, lonjakan yang terjadi pada sektor properti dan infrastruktur pekan lalu belum mengkonfirmasi telah terjadi rotasi. William mengingatkan, rotasi akan tergantung dari minat pelaku pasar serta sentimen pendukung atau penghambat dari masing-masing sektor.

Baca Juga: IHSG Masih Rawan Koreksi, Simak Rekomendasi Saham untuk Rabu (17/7)

William lantas memprediksi, pada semester II-2024 ini sektor berbasis komoditas akan menonjol, terutama saham batubara dan kelapa sawit (CPO). Saham emiten di kedua segmen tersebut berpotensi terangkat oleh sentimen La Nina.

Sedangkan Audi menjagokan empat sektor, yakni keuangan, properti, industri dan energi. "Sentimen dari cost of fund yang tinggi dan ketidakpastian ekonomi akan cenderung menurun di akhir tahun 2024," ungkap Audi.

Hanya saja, Audi memberikan catatan ada faktor yang bisa menghambat terjadinya rotasi sektor di sisa tahun ini. Terutama dari perubahan arah kebijakan moneter bank sentral, serta perubahan regulasi yang signifikan dari pemerintah baru.

Sebagai pertimbangan koleksi, Audi menyematkan rekomendasi buy untuk saham PT Bank Mandiri (Persero) Tbk (BMRI) dengan target harga Rp 6.900, PT Bank Central Asia Tbk (BBCA) target Rp 10.600, dan PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk (BBRI) target harga di Rp 5.500.

Rekomendasi lainnya adalah saham PT Telkom Indonesia (Persero) Tbk (TLKM) untuk target harga Rp 3.750 dan PT Bumi Serpong Damai Tbk (BSDE) target harga Rp 1.240. Sedangkan Daniel merekomendasikan saham konstruksi, yakni PT Adhi Karya (Persero) Tbk (ADHI) dan PT PP (Persero) Tbk (PTPP) .

 

Pilihan lainnya adalah saham emiten ritel PT Mitra Adiperkasa Tbk (MAPI) dengan target harga di Rp 1.550 - Rp 1.600. Sedangkan William menjagokan saham PT Bukit Asam Tbk (PTBA), PT Indo Tambangraya Megah Tbk (ITMG), PT Perusahaan Gas Negara Tbk (PGAS), PT Delta Dunia Makmur Tbk (DOID), PT Dharma Satya Nusantara Tbk (DSNG) dan PT Hexindo Adiperkasa Tbk (HEXA).

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Advokasi Kebijakan Publik di Era Digital (Teori dan Praktek) Mengenal Pentingnya Sustainability Reporting

[X]
×