Reporter: Dina Mirayanti Hutauruk | Editor: Yudho Winarto
JAKARTA. Emiten konstruksi pelat merah, PT Wijaya Karya Tbk (WIKA) menurunkan target belanja modal (capital expenditure/capex) tahun ini di tengah ketidakpastian mengenai usulan Penyertaan Modal Negara (PMN).
Suradi Wongso, Sekretaris Perusahaan WIKA mengatakan, tahun ini perseroan berencana menyiapkan capex sebesar Rp 6,9 triliun, turun dari rencana awal yakni Rp 10,6 triliun. "Ini karena belum ada kepastian PMN," katanya pada KONTAN baru-baru ini.
Suradi bilang, sekitar Rp 1 triliun capex akan dianggarkan dari kas internal dan Rp 5 triliun selebihnya akan diandalkan dari pinjaman bank. Menurutnya, ruang perseroan untuk mencari utang masih besar. Pasalnya, rasio utang terhadap ekuitas (DER) yang dimiliki WIKA saat ini masih sekitar 0,6 kali.
Namun, pinjaman akan dicari perseroan seiring dengan perkembangan rencana penyertaan modal pada sejumlah proyek. Pasalnya, proyek yang diincar perseroan saat ini masih dalam proses tender.
Suradi menjelaskan, sebagian besar capex ditujukan untuk proyek pembangkit listrik dan proyek kereta api cepat (High Speed Rail/HSR). Saat ini WIKA tengah membidik tiga proyek pembangkit listrik.
Perseroan mengincar 15% di proyek Jawa V berkapasitas 2x 1.000 MW, 40% di proyek PLTU Meulaboh Aceh berkapasitas 2 x 200 dan mengincar sekitar 20% di PLTU Manado berkapasitas 2 x 50 MW.
Lebih rinci, capex akan digunakan untuk pengembangan usaha Rp 4,2 triliun, penyertaan pada anak usaha senilai Rp976,55 miliar dan investasi aset tetap Rp593,5 miliar.
Sementara sebelumnya, WIKA berencana menyiapkan capex sebesar Rp 10,6 triliun dengan asumsi mendapatkan PMN sebesar Rp 4 triliun. Capex tersebut akan diandalkan dari kas internal sebesar Rp 4,6 triliun dan selebihnya dari eksternal.
Sekitar Rp 1,9 triliun awalnya direncanakan untuk pengembangan usaha, Rp 5,7 triliun untuk pengembangan usaha untuk proyek PMN, Rp 1,6 triliun untuk pengembangan anak usaha.
Untuk memperkuat ekuitasnya, WIKA berencana melepas saham anak usahanya melalui Initial Publik Offering (IPO) yakni PT Wika Realty maksimal 30% dengan target perolehan dana Rp 1,1 triliun.
Hanya saja, Suradi mengatakan rencana IPO tersebut masih belum final. Saat ini perseroan masih melakukan pengkajian dan berkonsultasi dengan finansial advisory. "Rencana ini belum final. Kita masih terus melihat perkembangan, apalagi dengan adanya rencana holding BUMN," jelasnya.
Sedangkan rencana IPO PT WIKA Gedung dipastikan tidak akan terjadi tahun ini. Pasalnya, WIKA masih melangsungkan proses pemisahan usaha (spin off) departemen gedung yang saat ini di bawah perseroan dan nantinya akan digabung ke Wika Gedung.
Suradi bilang, proses pemisahan spin off tersebut dilakukan secara bertahap sehingga tahun ini masih akan menjadi tahun konsolidasi bagi anak usahanya tersebut. Dia bilang, Wika Gedung butuh waktu untuk melakukan penyesuaian administrasi. "Kemungkinan IPO-nya baru bisa dilakukan tahun 2017," tandas Suradi.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News