Reporter: Pulina Nityakanti | Editor: Noverius Laoli
Nafan menilai, permintaan terhadap produk modular WEGE masih lemah dan restrukturisasi induk WIKA berpotensi menekan kinerja anak usahanya itu. Ia pun menyarankan investor untuk bersikap wait and see mengingat likuiditas saham WEGE masih terbatas.
Sementara Sukarno menilai rencana merger BUMN Karya bisa menjadi peluang jangka menengah bagi WEGE karena membuka akses ke pipeline proyek yang lebih besar. Namun, ia mengingatkan transisi awal merger bisa menimbulkan ketidakpastian alokasi proyek.
Keberhasilan restrukturisasi WIKA akan menjadi faktor kunci.
“Jika restrukturisasi berhasil, dukungan induk bisa memperkuat order dan likuiditas anak usaha. Tapi kalau gagal, justru bisa jadi tekanan tambahan bagi WEGE,” jelas Sukarno.
Baca Juga: Saham Bank Swasta Lapis Kedua Tampak Lebih Tangguh, Cek Rekomendasi Analis
Dari sisi valuasi, saham WEGE masih tergolong murah dengan price to book value (PBV) 0,24x, di bawah rata-rata lima tahun yang sebesar 0,6x. Namun, rerating baru mungkin terjadi bila realisasi backlog mampu memperbaiki laba serta ada kepastian restrukturisasi dan merger BUMN Karya.
“Dengan kondisi sekarang, saham WEGE lebih cocok diposisikan sebagai turnaround play,” kata Nafan. Sukarno pun merekomendasikan akumulasi terbatas di level rendah dengan target harga di kisaran Rp 90–Rp 110 per saham.
Selanjutnya: Danantara Pertahankan Fadjar Prasetyo dan Chairul Tanjung Sebagai Komisaris Garuda
Menarik Dibaca: Siaga Hujan Sangat Lebat di Provinsi Ini, Cek Peringatan Dini Cuaca Besok (16/10)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News