Reporter: Dyah Megasari | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie
JAKARTA. Meski harga batubara sedang mengalami penurunan, namun hal itu tak menghalangi niat PT Wijaya Karya Tbk (WIKA) untuk terjun ke bisnis ini. Sebelum akhir tahun, WIKA berencana mengakuisisi satu perusahaan kontraktor batubara.
Menurut Direktur Keuangan Wijaya Karya Ganda Kusuma, ada beberapa pertimbangan yang melatarbelakangi pihaknya mengakuisisi kontraktor tambang batubara. "Saat ini, sektor pertambangan banyak dikuasai oleh pemerintah atau BUMN," katanya kepada KONTAN kemarin (16/9). Sedangkan kontraktor pertambangan yang ada sekarang ini adalah milik swasta. "Kami masuk berdasarkan celah ini," lanjutnya.
Perusahaan kontraktor yang dibidik Wijaya Karya merupakan perusahaan kontraktor yang sudah beroperasi di pertambangan batubara di Kalimantan. Sekarang, emiten berkode saham WIKA ini sudah melalui tahap due diligence atau uji tuntas dan penunjukan konsultan. Konsultan yang ditunjuk adalah konsultan BUMN. "Pekan depan akan kita umumkan siapa konsultan kita, jadi ini merupakan afiliasi dengan BUMN," ujarnya.
Saat ini, manajemen WIKA tengah melakukan negosiasi tentang harga akuisisi. Namun, hingga kini, Ganda masih enggan menyebutkan nama kontraktor dan berapa nilai akuisisi tersebut. Ia hanya bilang, "Mudah-mudahan harganya bisa cocok."
Ganda juga mengatakan, perusahaan yang akan diakuisisi itu sudah memiliki alat sendiri. Ini yang menjadi pertimbangan utama WIKA. Pasalnya, satu set peralatan pertambangan bernilai hingga Rp 75 miliar. “Kebetulan kontraktor batubara ini sudah memiliki beberapa set,” jelasnya. Diperkirakan, dalam satu tahun, omzet penjualan perusahaan kontraktor batubara itu mencapai Rp 100 miliar.
Jika rencana akuisisi ini berjalan lancar, Ganda memperkirakan, kontribusinya pada tahun ini masih minim dan akan mencapai kontribusi maksimal pada tahun depan. Sebetulnya, rencana akuisisi ini adalah kali kedua yang akan dilakukan oleh WIKA . Sebelumnya, WIKA juga sudah melakukan proses uji tuntas terhadap satu perusahaan kontraktor. "Namun, rencana akuisisi yang pertama kita batalkan karena harganya terlalu mahal," kata Ganda.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News