kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45893,43   -4,59   -0.51%
  • EMAS1.306.000 -0,15%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

WIKA akan setor Rp 4 triliun di KCIC


Rabu, 23 Maret 2016 / 07:08 WIB
WIKA akan setor Rp 4 triliun di KCIC


Reporter: Narita Indrastiti, RR Putri Werdiningsih | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie

JAKARTA. PT Wijaya Karya Tbk (WIKA) akan mulai menyetor modal untuk proyek high speed railway (HSR) Jakarta-Bandung sepanjang 142,3 kilometer (km). Total setoran modal dari WIKA mencapai Rp 4 triliun.

Proyek ini digarap bersama tiga BUMN lain, yakni PT Kereta Api Indonesia, PT Perkebunan Nusantara VIII, dan PT Jasa Marga Tbk (JSMR) dan membentuk PT Pilar Sinergi BUMN Indonesia (PSBI). Di PSBI, WIKA mengempit 38% saham.

Tahun lalu, PSBI meneken joint venture agreement (JVA) dengan China Railway International Co Ltd dan membentuk perusahaan penanaman modal asing (PMA) yang bernama PT Kereta Cepat Indonesia China (KCIC).

Dalam perusahaan ini, PT Pilar Sinergi menggenggam 60% saham, sisanya milik China Railway. Suradi Wongso, Sekretaris Perusahaan WIKA, mengatakan, nilai proyek kereta cepat Jakarta-Bandung ini mencapai US$ 5,13 miliar atau setara Rp 70,8 triliun.

Dananya akan berasal dari setoran modal 25% dari pemegang saham KCIC. Nah, sisa 75% akan dibiayai dari pinjaman perbankan dan lembaga keuangan lain. Dengan hitungan itu, kebutuhan fasilitas pinjaman ymencapai Rp 53,12 triliun, sementara dana yang berasal dari modal KCIC mencapai Rp 17,7 triliun.

"Dana akan disetorkan bertahap sesuai kebutuhan proyek HSR," ujar Suradi, dalam laporannya, Selasa (22/3).

Untuk mempercepat pelaksanaan pembangunan itu, maka pemegang saham proyek ini harus segera menyetor modal, termasuk WIKA. Lantaran WIKA mengempit 38% saham proyek tersebut, maka modal yang dikeluarkan perseroan sebanyak Rp 4,03 triliun.

WIKA akan menyetor modal ini secara bertahap dari tahun 2016 hingga tahun 2019. Nantinya, PT Pilar Sinergi akan menggunakan dana ini untuk meningkatkan kepemilikan saham pada KCIC secara proporsional.

WIKA sudah menyiapkan sejumlah skema pendanaan untuk menunaikan setoran modal. WIKA akan mencari pinjaman pihak ketiga sebesar Rp 1,75 triliun atau 43,35%. Sebesar 31,84% atau 1,2 triliun dana akan berasal dari rights issue, dan sisanya 24,82% atau Rp 1 triliun berasal dari keuntungan WIKA dari konstruksi proyek HSR.

Dampak transaksi ini adalah peningkatan aset tak lancar dari investasi sebesar Rp 4,03 triliun, dan peningkatan liabilitas WIKA berupa pinjaman jangka panjang sebesar Rp 1,75 triliun.

Michael Ramba, Analis Buana Capital, dalam riset 21 Maret 2016 mengatakan, kepastian soal proyek HSR ini sempat menjadi sentimen positif saham WIKA dalam beberapa hari belakangan.

Ia memperkirakan, perseroan ini akan mulai membukukan fase pertama proyek HSR pada kuartal II-2016. Sehingga, potensi kontrak baru WIKA pada semester I 2016 bisa berkisar senilai Rp 22,3 triliun, jika ditambah dengan proyek HSR. WIKA hanya berharap, bisa mengantongi kontrak baru sekitar Rp 6,12 triliun di kuartal pertama 2016.

"Sampai pekan ketiga Maret, pencapaian kontrak baru sudah mencapai Rp 4,67 triliun," ujar Suradi, kepada KONTAN, Selasa (22/3).

Angka tersebut setara dengan 8,8% dari target kontrak baru Rp 52,8 triliun tahun ini. Michael memprediksi, pendapatan WIKA tahun ini bakal naik 42,9% menjadi Rp 19,4 triliun dan labanya meningkat 26,4% menjadi Rp 790 miliar. Ia merekomendasikan buy WIKA dengan target harga Rp 3.300 per saham.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×