Reporter: Intan Nirmala Sari | Editor: Tendi Mahadi
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Dinaikkannya status global virus corona dari endemik menjadi pandemik telah mendorong pelemahan nilai tukar rupiah tembus level Rp 14.500 per dolar AS. Kondisi tersebut diprediksi masih akan berlanjut, hingga ada kabar yang menyatakan bahwa penyebaran virus mereda.
Asal tahu saja, pada perdagangan Kamis (12/3) Bloomberg mencatatkan pelemahan nilai tukar rupiah hingga 1,03% ke level Rp 14.522 per dollar AS. Sedangkan pada kurs tengah Bank Indonesia (BI) atau dikenal JISDOR, rupiah tercatat melemah 1,15% ke level Rp 14.490 per dollar AS.
Baca Juga: Rupiah tembus Rp 14.500 per dolar AS, ini level resistance selanjutnya
Kepala Riset Monex Investindo Futures Ariston Tjendra mengatakan, pelemahan yang terjadi pada nilai tukar rupiah hari ini (12/3), semua karena wabah Korona. Ini karena, dengan persebaran wabah potensinya akan melambatkan pertumbuhan ekonomi global.
Ditambah lagi, hari ini Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mengumumkan status yang lebih tinggi untuk wabah Korona yaitu pandemik dari sebelumnya epidemi.
"Kekhawatiran tersebut mendorong pasar keluar dari aset berisiko dan masuk ke aset aman," kata Ariston kepada Kontan.co.id, Kamis (12/3).
Baca Juga: Kembali bertekuk lutut dihadapan dolar AS, bagimana proyeksi rupiah esok hari?
Alhasil, nilai tukar rupiah yang saat ini masuk dalam kategori aset berisiko, ikut tertekan. Secara teknikal, tren nilai tukar rupiah masih melemah terhadap dollar AS.
Bahkan, menurutnya pergerakan nilai tukar rupiah masih terbuka potensi menuju level Rp 15.000 per dollar AS, adapun untuk level support berpeluang menuju Rp 14.000 per dolar AS.
"Tapi sifatnya sementara, kalau wabah korona ini mereda, apalagi ditemukan vaksinnya, tentu rupiah dan aset berisiko lain akan serta merta menguat," jelasnya.
Baca Juga: Tak bertenaga, rupiah spot ditutup melemah 1,02% ke level Rp 14.522 per dolar AS
Sedangkan untuk sementara, Ariston merekomendasikan investor untuk menunggu atau wait and see dan mengevaluasi kondisi yang terjadi saat ini.
Di samping itu, dia menilai pasar masih terkonsentrasi ke perkembangan wabah Korona dan kebijakan stimulus pemerintah atau dari bank sentral untuk mengurangi dampak negatifnya, baik di luar Indonesia maupun di Indonesia sendiri.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News