Reporter: Akhmad Suryahadi | Editor: Noverius Laoli
Senada, kepada riset Aldiracita Sekuritas Agus Pramono menilai, faktor besaran yield dalam pembagian dividen memang penting. Hanya saja, risiko koreksi akan lebih tinggi jikalau investor melakukan pembelian setelah pengumuman dividen.
Dalam kondisi saat ini, Agus lebih cenderung dividen yang dibagikan oleh emiten big caps, seperti PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI), PT Bank Mandiri Tbk (BMRI), UNTR, dan ASII. “Karena investor juga harus melihat kemungkinan penurunan harga setelah cum-date,” kata Agus.
Kata Alfred, di saat harga saham sedang terkoreksi oleh faktor market seperti sekarang, kondisi tersebut bisa menjadi peluang untuk melirik saham high dividend. “Rekomendasi seperti UNTR dan ASII,” pungkas dia.
Baca Juga: Laba Naik, Dayamitra Telekomunikasi (MTEL) Berencana Membagi Dividen Rp 1,25 Triliun
Asal tahu, manajemen ASII mengajukan usulan pembagian dividen final senilai Rp 552 per saham atau setara dengan Rp 22,3 triliun, yang akan dimintai persetujuan pemegang saham pada RUPS 19 April 2023 mendatang.
Nilai dividen yang akan dibagikan lebih tinggi dibandingkan pada 2021 yaitu Rp 194 per saham. Sementara itu, ASII sudah membagikan dividen interim sebesar Rp 88 per saham pada Oktober 2022, sehingga menjadikan total dividen yang akan diusulkan untuk tahun 2022 menjadi Rp 640 per saham dengan rasio pembayaran dividen sebesar 85% dari laba bersih.
UNTR juga sudah mengumumkan usulan pembagian dividen senilai Rp 6.185 yang akan dibahas pada RUPS mendatang.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News