Reporter: Amailia Putri Hasniawati, Wahyu Satriani | Editor: Sandy Baskoro
JAKARTA. Perusahaan konstruksi, PT Waskita Karya, siap masuk Bursa Efek Indonesia melalui penawaran umum perdana atau initial public offering (IPO). Perseroan akan menggelar mini expose di Bursa Efek Indonesia, pada Jumat (28/9) nanti.
Waskita berencana menawarkan sekitar 35% saham dalam IPO tersebut. "Kami berharap bisa mendapatkan dana lebih dari Rp 1 triliun," ujar Direktur Utama Waskita Karya, M Choliq, kepada KONTAN, Ahad (23/9).
Waskita akan menggunakan dana hasil IPO untuk pengembangan bisnis, antara lain di sektor properti, mini hidro dan beton pracetak. Selain itu, Waskita akan memakai dana IPO untuk kebutuhan modal kerja demi mendukung pertumbuhan usaha jasa konstruksi.
Manajemen Waskita memilih tiga sekuritas BUMN sebagai joint lead underwriter (JLU). Mereka adalah Bahana Securities, Danareksa Sekuritas dan Mandiri Sekuritas. Perseroan menggunakan buku Juni 2012 sebagai dasar valuasi IPO.
M Choliq menyatakan Waskita sejauh ini belum mengantongi persetujuan Presiden yang sejatinya tertuang dalam Peraturan Pemerintah (PP). Jadi, Waskita memerlukan PP untuk mengembalikan statusnya menjadi Badan Usaha Milik Negara (BUMN).
Pada 2008 silam, Waskita menghadapi masalah keuangan, sehingga masuk penanganan PT Perusahaan Pengelola Aset (PPA). Kala itu, PPA menyuntik modal Rp 475 miliar. Alhasil, PPA menguasai 99% saham Waskita, sementara kepemilikan Kementerian BUMN tersisa 1%. Namun, Choliq optimistis PP akan terbit dalam waktu dekat. "Jadi kami melakukan proses IPO ini sambil menunggu PP," kata dia.
Manajemen Waskita mengharapkan bisa mencatatkakan sahamnya di BEI pada tahun ini. Waskita membidik pendapatan tahun ini senilai Rp 9 triliun dengan laba bersih Rp 250 miliar.
Kepala Riset Trust Securities Reza Priyambada menilai investor bakal mempertanyakan status pemilik saham Waskita. Pasalnya, jika pemilik mayoritas saham perusahaan konstruksi itu masih PPA, maka akan menjadi sentimen negatif. "Karena hal itu mencerminkan kondisi kesehatan perusahaan," ungkap dia.
Jika Kementerian BUMN sudah kembali menguasai Waskita, maka hal berikut yang menjadi perhatian adalah proses valuasi harga. Reza berharap proses IPO Waskita tidak dibumbui politisasi seperti IPO BUMN sebelumnya, seperti IPO PT Krakatau Steel Tbk (KRAS) dan PT Garuda Indonesia Tbk (GIAA).
Selain Waskita, perusahaan yang berniat menggelar IPO adalah PT Triyasa Propertindo. Direktur Triyasa, Budi Lesmana, menyatakan IPO belum tentu terwujud tahun ini. "Kami masih menyusun action plan dan menghitung dana yang ingin diraih dari hasil IPO tersebut," ujar dia kepada KONTAN, belum lama ini.
Triyasa juga masih menunggu pasar global lebih kondusif sehingga saham IPO bisa diserap pasar secara maksimal. Manajemen memprediksi IPO berlangsung setelah pemilihan presiden 2014 nanti. "Target IPO tahun 2016," ujar dia.
Dana hasil IPO akan digunakan untuk pengembangan usaha seperti akusisi lahan atau gedung. Triyasa adalah perusahaan yang bergerak di bisnis properti. Saat ini, Triyasa fokus pada gedung perkantoran dan apartemen.
Saat ini, Triyasa membangun gedung perkantoran dan apartemen di lahan seluas 3 ha di kawasan Epicentrum, Kuningan, Jakarta Selatan. Triyasa membeli lahan itu dari PT Bakrieland Development Tbk pada tahun lalu senilai Rp 525 miliar. Proyek Epicentrum diperkirakan rampung tiga hingga lima tahun mendatang. "Tahun ini kami juga akan mengakusisi lahan di Jakarta Utara untuk gedung perkantoran," ujar dia.
Triyasa pun mulai masuk proyek perumahan. Perusahaan ini akan mengakusisi lahan di Jakarta Selatan senilai Rp 50 miliar untuk town house.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News