Sumber: Reuters | Editor: Wahyu T.Rahmawati
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Kenaikan imbal hasil US Treasury ke level tertinggi menyebabkan Wall Street melorot pada perdagangan Selasa (15/5). Penjualan ritel tumbuh tinggi dan memicu kekhawatiran inflasi. Di sisi lain, investor lelah menanti hasil negosiasi perdagangan Amerika Serikat dan China.
Kemarin, Dow Jones Industrial Average turun 193 poin atau 0,78% ke 24.706,41. Indeks S&P 500 turun 0,68% ke 2.711,45. Sedangkan Nasdaq Composite turun 0,81% ke 7,351,63.
Indeks S&P 500 mengakhiri kenaikan dalam empat hari berturut-turut. Sedangkan Dow Jones terkoreksi untuk pertama kalinya setelah menguat delapan sesi sebelumnya.
Imbal hasil US Treasury naik ke level tertinggi sejak Juli 2011. Pasar menganggap, hal ini mengindikasikan inflasi yang akan mencapai level lebih tinggi. Alhasil, dollar AS pun menguat ke level tertinggi tahun ini.
"Kombinasi pertumbuhan yang kokoh dan suku bunga yang lebih tinggi agak mengkhawatirkan," kata Anthony Chan, chief economist Chase kepada Reuters. "Dollar AS yang lebih kuat menyebabkan tekanan turun. Kenaikan indikasi ini menyebabkan pasar gelisah," kata dia.
Penjualan ritel inti April, yang termasuk bensin, mobil, bahan bangunan dan jasa makanan, melonjak 0,4% secara bulanan. Belanja konsumen melaju kencang setelah perlambatan di kuartal pertama.
Investor pun masih menanti hasil pertemuan perdagangan China dan AS pekan ini. Duta besar AS untuk China, Terry Branstad mengatakan, kedua pihak masih sangat jauh berbeda soal resolusi tarif.
"Penurunan pasar saham terjadi karena sebelumnya pasar menilai bahwa kesepakatan dagang sudah dekat. Kenyataannya, masih ada jalan panjang antara AS dan China," kata Jon Mackay, ahli strategi investasi Schroders Amerika Utara.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News