Sumber: Reuters | Editor: Noverius Laoli
KONTAN.CO.ID - NEW YORK. Bursa saham Amerika Serikat (AS) bergerak stabil pada perdagangan Selasa (8/7/2025), setelah guncangan akibat ancaman tarif baru dari Presiden Donald Trump mulai mereda.
Fokus investor kini beralih pada prospek negosiasi perdagangan antara Amerika Serikat dan mitra dagangnya.
Pada pukul 09.57 pagi waktu setempat, indeks Dow Jones Industrial Average melemah tipis 33,58 poin atau 0,08% ke level 44.372,78.
Sementara itu, S&P 500 menguat 6,03 poin atau 0,10% menjadi 6.236,25, dan Nasdaq Composite naik 37,51 poin atau 0,18% ke 20.450,02.
Baca Juga: Wall Street Melemah, Investor Mencerna Tarif Otomotif Trump
Sehari sebelumnya, Trump memperingatkan bahwa tarif tinggi baru akan mulai diberlakukan per 1 Agustus terhadap sejumlah negara, termasuk Jepang dan Korea Selatan.
Meski demikian, ia masih membuka kemungkinan penundaan jika negara-negara tersebut mengajukan proposal baru.
Merespons hal ini, negosiator perdagangan Jepang Ryosei Akazawa melakukan panggilan telepon selama 40 menit dengan Menteri Perdagangan AS Howard Lutnick. Keduanya sepakat untuk melanjutkan negosiasi secara aktif.
Pasar menunjukkan pemulihan setelah sempat anjlok tajam pada hari Senin pasca pengumuman tarif. Indeks sektor energi S&P 500 memimpin penguatan dengan kenaikan 1%, sementara sektor utilitas melemah 1,3%.
Saham berkapitalisasi besar seperti Tesla mencatat kenaikan 1,5% setelah mengalami penurunan tajam sehari sebelumnya.
Baca Juga: Wall Street Mixed, Investor Cermati Rilis Kinerja Amazon dan Data Pekerjaan AS
"Pasar cenderung tenang karena masalah ini dianggap ditunda sementara, dan harapannya dampaknya tidak akan sebesar yang dikhawatirkan," kata Ben Laidler, Kepala Strategi Ekuitas di Bradesco BBI.
Laidler juga menyebut bahwa pasar saat ini menunjukkan ketahanan yang kontras dengan penurunan tajam tiga bulan lalu, ketika pengumuman tarif menyebabkan Nasdaq masuk wilayah bearish dan Dow serta S&P 500 terkoreksi.
Kini, indeks Nasdaq dan S&P 500 bahkan sempat mencetak rekor tertinggi pekan lalu, didukung oleh data pasar tenaga kerja yang kuat dan berkurangnya kekhawatiran resesi.
"Sejauh ini belum terlihat dampak ekonomi yang signifikan dari kenaikan tarif," ujarnya.
Di sisi lain, kemajuan perundingan dagang AS masih terbatas. Hingga kini, Washington baru mencapai kesepakatan dengan Inggris dan Vietnam.
Optimisme pasar juga didorong oleh kenaikan target akhir tahun untuk indeks S&P 500 dari BofA Global Research dan Goldman Sachs.
Baca Juga: Wall Street Turun, Investor Menanti Pidato Testimoni Powell
Kenaikan ini dilandasi oleh menurunnya ketidakpastian kebijakan, kuatnya kinerja laba perusahaan, serta peluang pelonggaran kebijakan moneter.
Namun demikian, para pelaku pasar mulai mengesampingkan kemungkinan penurunan suku bunga oleh Federal Reserve pada Juli. Berdasarkan alat pemantau CME FedWatch, peluang pemangkasan suku bunga pada September kini berada di kisaran 63%.
Investor juga menantikan risalah pertemuan The Fed bulan Juni yang dijadwalkan rilis Rabu ini untuk memperoleh panduan lebih lanjut terkait arah kebijakan moneter.
Sementara itu, saham sektor energi terbarukan turun setelah Trump menginstruksikan lembaga federal untuk memperketat ketentuan dalam One Big Beautiful Bill Act, yang memengaruhi insentif pajak bagi proyek energi surya dan angin.
Baca Juga: Wall Street Menguat Seiring Harapan Kesepakatan Dagang AS-Inggris
Saham SunRun anjlok 8,9%, Enphase Energy turun 4,6%, dan SolarEdge Technologies melemah 4,2%.
Secara keseluruhan, jumlah saham yang naik di NYSE melampaui yang turun dengan rasio 1,57:1, dan di Nasdaq sebesar 2,17:1.
Indeks S&P 500 mencatat 15 rekor tertinggi baru dalam 52 minggu terakhir dan tiga titik terendah, sementara Nasdaq membukukan 47 rekor tertinggi dan 26 titik terendah.
Selanjutnya: Pemangkasan Suku Bunga BI Bisa Dorong Penerbitan Obligasi Korporasi
Menarik Dibaca: Elementbike Kantongi Lisensi Warner Bros, Siap Rilis Desain Superhero DC Comics
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News