kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.468.000   0   0,00%
  • USD/IDR 15.946   -52,00   -0,33%
  • IDX 7.161   -53,30   -0,74%
  • KOMPAS100 1.094   -8,21   -0,74%
  • LQ45 872   -4,01   -0,46%
  • ISSI 216   -1,82   -0,84%
  • IDX30 446   -1,75   -0,39%
  • IDXHIDIV20 540   0,36   0,07%
  • IDX80 126   -0,84   -0,67%
  • IDXV30 136   0,20   0,15%
  • IDXQ30 149   -0,29   -0,20%

Wall Street: S&P 500 dan Nasdaq Rebound Tapi Berada di Jalur Kerugian Mingguan


Jumat, 22 September 2023 / 21:58 WIB
Wall Street: S&P 500 dan Nasdaq Rebound Tapi Berada di Jalur Kerugian Mingguan
ILUSTRASI. Wall Street


Reporter: Yudho Winarto | Editor: Yudho Winarto

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Indeks S&P 500 dan Nasdaq rebound pada hari Jumat (22/9), dipicu imbal hasil obligasi turun dari level tertinggi dalam beberapa tahun terakhir.

Sementara saham Ford melonjak karena adanya berita kemajuan dalam pembicaraan tenaga kerja dengan serikat pekerja.

Melansir Reuters, pukul 9:51 pagi waktu setempat, Dow Jones Industrial Average turun 18,46 poin, atau 0,05% pada 34.051,96, S&P 500 naik 8,75 poin atau 0,20% pada 4.338,75, dan Nasdaq Composite naik 56,87 poin, atau 0,43%, pada 13.280,86.

Saham Ford Motor naik 2,5% setelah Reuters melaporkan United Auto Workers (UAW) akan mengumumkan kemajuan dalam pembicaraan kontrak tenaga kerja dengan produsen mobil tersebut.

Baca Juga: Wall Street Dibuka Rebound pada Perdagangan Jumat (22/9)

Saham-saham consumer discretionary, yang menaungi produsen mobil ini, naik 0,4%.

Imbal hasil obligasi AS turun setelah melonjak ke level tertinggi baru pada hari Kamis, mendorong rebound pada beberapa saham ertumbuhan termasuk Apple, Amazon.com, Nvidia dan Tesla, naik antara 0,2% dan 2,7%.

Kekhawatiran akan kenaikan suku bunga pada tahun 2023 dan prospek penundaan pelonggaran kebijakan moneter telah menjatuhkan tiga indeks utama lebih dari 1% pada hari Kamis (21/9).

Meskipun ada sedikit pemulihan, indeks acuan S&P 500 dan Nasdaq yang berbasis teknologi berada di jalur minggu terburuknya sejak Maret.

Menyusul bank sentral AS memberikan jeda hawkish pada hari Rabu (20/9), mengurangi harapan untuk pelonggaran kebijakan sebelum tahun 2025.

"Saya tidak berpikir bahwa pasar telah sepenuhnya memikirkan dampak ekonomi dari suku bunga yang lebih tinggi," kata Jason Pride, chief of investment strategy di Glenmede dilansir dari Reuters.

"Suku bunga yang lebih tinggi berarti biaya pinjaman yang lebih tinggi untuk semua orang dan akan mempengaruhi keputusan marjinal untuk membelanjakan atau mengembangkan bisnis atau mempekerjakan orang yang akan berdampak negatif pada perekonomian."

Baca Juga: Rencana Akuisisi Microsoft pada Activision Dapat Jalan dari Otoritas Inggris

Taruhan para trader pada suku bunga acuan yang tidak berubah di bulan November dan Desember masing-masing mencapai 73% dan 58%, menurut FedWatch CME tool.

Data pada hari Jumat menunjukkan, aktivitas bisnis AS sedikit perubahan pada bulan September, dengan sektor jasa pada laju paling lambat sejak Februari.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Advokasi Kebijakan Publik di Era Digital (Teori dan Praktek) Mengenal Pentingnya Sustainability Reporting

[X]
×