Sumber: Reuters | Editor: Anna Suci Perwitasari
Terlebih pada awal perdagangan, sebenarnya bursa saham AS telah mendapat tekanan dari data ekonomi yang suram setelah penjualan ritel dan output manufaktur Negeri Paman Sam jatuh ke rekor terendah karena kebijakan lockdown yang dilakukan pada bulan April.
Departemen Perdagangan AS mengatakan, penjualan ritel yang merupakan bagian penting dari ekonomi, jatuh 16,4% pada bulan April lalu. Ini menjadi penurunan terbesar sejak pemerintah mulai menghitung penjualan ritel pada tahun 1992.
"Dari buruk menjadi lebih buruk menjadi terburuk, ekonomi AS berada di tengah-tengah kejatuhan ekonomi langsung," kata analis pasar Christopher Vecchio dari Dailyfx.com.
Baca Juga: The Fed sebut real estate komersial dan bank paling terpukul akibat virus corona
Data ekonomi yang lebih ini datang bersamaan dengan kembali memanasnya hubungan dagang antara AS dan China. Presiden AS Donald Trump kembali jadi pematik ketegangan setelah memblokir pengiriman semikonduktor Huawei Technologies, produsen chip global.
Aksi ini memacu kekhawatiran serangan balasan yang akan dilakukan China selanjutnya. Pemerintah Tirai Bambu dilaporkan siap menempatkan sejumlah perusahaan AS pada daftar entitas yang tidak dapat dipercaya.
Kombinasi dari ketegangan perdagangan dan data yang lemah sempat mengirim indeks S&P 500 turun 1,3% di awal sesi, tetapi untuk sebagian besar sesi sore itu terombang-ambing antara wilayah positif dan negatif.
"Kami mendapat kegelisahan Jumat pada perdagangan China tetapi sore ini pasar mengalihkan fokusnya pada potensi pembukaan ekonomi kembali," kata John Augustine, kepala investasi di Huntington National Bank di Columbus, Ohio.
Baca Juga: Balas AS, China masukkan Apple dkk ke daftar perusahaan tidak bisa dipercaya
"Kami memukul pada pertengahan Mei dan berpikir ini mungkin yang terburuk dari angka-angka ekonomi. Ada kemungkinan mereka mulai perlahan-lahan berubah positif," kata Augustine mengutip langkah-langkah oleh sebagian besar negara bagian untuk membuka kembali sebagaian perekonomian mereka.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News