Sumber: Reuters | Editor: Herlina Kartika Dewi
KONTAN.CO.ID - NEW YORK. Indeks utama Wall Street ditutup melemah pada akhir perdagangan Kamis (22/9) setelah investor bereaksi terhadap langkah agresif terbaru The Fed dalam mengendalikan inflasi. Imbasnya terjadi aksi jual saham-saham pertumbuhan dan saham teknologi
Indeks Dow Jones Industrial Average turun 107,10 poin atau 0,35% ke 30.076,68, S&P 500 turun 31,94 poin atau 0,84% ke 3.757,99 dan Nasdaq Composite turun 153,39 poin atau 1,37% ke 11.066,80.
Sembilan dari 11 sektor utama S&P turun, dipimpin oleh penurunan saham konsumen dan keuangan masing-masing 2,2% dan 1,7%.
Baca Juga: Perpanjang Penurunan, Wall Street Jatuh Terseret Saham Teknologi
Saham perusahaan teknologi dan pertumbuhan megacap seperti Amazon.com Inc, Tesla Inc dan Nvidia Corp turun antara 1% dan 5,3% karena benchmark imbal hasil Treasury AS mencapai level tertinggi 11 tahun.
Sektor teknologi S&P 500 telah merosot 28% sepanjang tahun ini, dibandingkan dengan penurunan indeks benchmark sebesar 21,2%.
Volume perdagagan saham di bursa AS mencapai 11,39 miliar saham, dengan rata-rata 10,91 miliar dalam 20 sesi perdagangan terakhir.
Mengutip Reuters, The Fed menaikkan suku bunga sebesar 75 basis poin pada Rabu (21/9) dan mengisyaratkan kenaikan suku bunga kebijakan lebih lanjut. Hal ini memicu kekhawatiran volatilitas lebih lanjut dalam perdagangan saham dan obligasi.
Proyeksi pertumbuha ekonomi dari bank sentral juga menarik. Bank sentral AS memperkirakan tahun ini ekonomi hanya tumbuh 0,2% dan naik menjadi 1,2% pada tahun 2023.
Baca Juga: Wall Street Dibuka Bervariasi pada Kamis (22/9), Setelah Aksi Jual Dipicu The Fed
"Jika kita terus mengalami inflasi yang ketat, dan jika (Gubernur Fed Jerome) Powell berpegang teguh pada apa yang dia tunjukkan, saya pikir kita memasuki resesi dan kita melihat penurunan signifikan pada ekspektasi pendapatan," kata Mike Mullaney, direktur pasar global di Boston Partners.
"Jika ini terjadi, saya memiliki keyakinan tinggi dalam kondisi itu bahwa kita menembus 3.636," tambahnya, mengacu pada titik terlemah S&P 500 pada pertengahan Juni tahun ini.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News