kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45909,31   7,91   0.88%
  • EMAS1.354.000 1,65%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Wall Street masih loyo terdorong aksi jual saham teknologi


Sabtu, 05 September 2020 / 06:09 WIB
Wall Street masih loyo terdorong aksi jual saham teknologi
ILUSTRASI. Wall Street turun lagi


Sumber: Reuters | Editor: Anna Suci Perwitasari

KONTAN.CO.ID - NEW YORK. Wall Street lanjutkan pelemahan setelah investor kembali melepas saham-saham teknologi kelas berat pada perdagangan kemarin. 

Jumat (4/9), indeks Dow Jones Industrial Average ditutup turun 159,42 poin atau 0,56%, ke level 28.133,31 dan indeks S&P 500 kehilangan 28,1 poin atau 0,81% menjadi 3.426,96 serta indeks Nasdaq Composite melemah 144,97 poin atau 1,27% ke posisi 11.313,13.

Aksi jual terhadap sejumlah saham teknologi terus terjadi karena kekhawatiran investor tentang penilaian tinggi serta pemulihan ekonomi yang tidak merata. 

Pada perdagangan kemarin, Wall Street cenderung bergejolak namun akhirnya mereda jelang penutupan. Pada titik terendah perdagangan di akhir pekan ini, indeks Nasdaq yang memiliki bobot saham teknologi cukup besar turun 9,9% dari rekor tertingginya yang dicapai pada Rabu (2/9).

Baca Juga: Kenaikan Wall Street kurang meyakinkan meski tingkat pengangguran AS merosot

Hal serupa juga sempat terjadi pada indeks S&P 500 yang merosot sebentar ke bawah rekor sebelum krisis, yang dicapainya pada bulan Februari. 

Perusahaan mega-cap seperti Apple Inc, Microsoft Inc, Amazon.com Inc dan Facebook Inc juga berhasil mengurangi pelemahan. Meskipun dari grup itu, hanya Apple yang mendapatkan keuntungan yang sangat kecil untuk perdagangan di akhir pekan ini. 

"Setelah mengalami aksi jual yang signifikan pada hari Kamis, beberapa tindak lanjut di pagi hari dan kemudian lebih stabil. Penjualan hari ini cukup sengit," kata Michael Antonelli, Market Strategist Baird di Milwaukee.

"Koreksi seperti ini cukup cepat dan parah. Kami tidak tahu apakah ini sudah selesai. Faktanya kami stabil hari ini bisa menjadi pertanda baik," lanjut Antonelli.

Sejumlah investor pun mulai mengkhawatirkan terkait valuasi dari sejumlah saham yang menopang indeks Nasdaq yang dinilai terlalu tinggi. 

Nasdaq selama ini selalu menjadi pendukung utama bagi bursa saham Amerika Serikat (AS), yang jatuh akibat pandemi virus corona. Buktinya, indeks Nasdaq sudah naik 82% dari posisi terendahnya di bulan Maret. Indeks acuan lainnya, S&P 500 dan Dow Jones pun sudah melejit sekitar 60% dari rekor terendahnya. 

Sebelumnya, laporan ketenagakerjaan yang diawasi ketat Departemen Tenaga Kerja menunjukkan tingkat pengangguran bulan Agustus berhasil turun menjadi 8,4% dari 10,2% di bulan sebelumnya. Posisi ini pun lebih baik dari yang diantisipasi analis. Sementara itu, data upah non pertanian yang juga meningkat, namun angkanya kurang dari yang diharapkan bulan lalu.

Jeffrey Kleintop, Chief Global Investment Strategist Charles Schwab di Boston berpendapat, bahwa berita ketenagakerjaan tidak banyak membantu kemajuan pembicaraan yang terhenti untuk paket stimulus virus corona baru di antara anggota parlemen yang terpecah tajam di Washington.

Baca Juga: WHO: Kami tak punya sinyal jelas, apakah vaksin corona yang sedang uji klinis manjur

"Itu tidak cukup bagus untuk membuat pasar cukup bersemangat sehingga kami tidak membutuhkan stimulus lagi. Di sisi lain, itu tidak cukup lemah untuk membawa kedua pihak di Washington bersama-sama memperpanjang paket stimulus itu," lanjut dia.

Sektor layanan komunikasi, barang konsumsi dan teknologi membukukan persentase penurunan paling tajam di antara 11 sektor utama pada indeks S&P. 

Hanya ada tiga sektor S&P yang mengakhiri perdagangan lebih tinggi, termasuk sektor keuangan yang didukung oleh kenaikan 2,2% dalam indeks subsektor bank.

Sub indeks maskapai pada S&P 1500 pun melonjak 1,85% pada perdagangan akhir pekan ini. 

Untuk pekan ini, S&P 500 turun 2,31% setelah lima minggu berturut-turut naik. Dow turun 1,82% di minggu ini dan Nasdaq kehilangan 3,27% pada minggu ini dan mencatat penurunan dua hari terbesar sejak 17 Maret antara Kamis dan Jumat.

Baca Juga: Tekanan domestik jadi penyebab pelemahan kurs rupiah pekan ini

Beberapa manajer keuangan telah memperingatkan bahwa penurunan bisa menjadi pratinjau dari dua bulan yang sulit menjelang pemilihan presiden pada 3 November karena investor institusi kembali dari liburan musim panas dan juga fokus kembali pada potensi jebakan ekonomi.

Pengukur rasa ketakutan Wall Street, setelah mencapai tertinggi lebih dari 11 minggu dalam perdagangan pagi, mengakhiri hari lebih rendah.

Broadcom Inc naik 3% setelah pemasok Apple Inc memperkirakan pendapatan kuartal keempat di atas perkiraan analis.

Selanjutnya: Mulai Senin (7/9), BEI gelar sesi pre-opening, jam perdagangan belum berubah

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
Success in B2B Selling Omzet Meningkat dengan Digital Marketing #BisnisJangkaPanjang, #TanpaCoding, #PraktekLangsung

[X]
×