Reporter: Akhmad Suryahadi, Yuliana Hema | Editor: Adi Wikanto
KONTAN.CO.ID – JAKARTA. Harga salah satu saham blue chip di Bursa Efek Indonesia (BEI) terus melemah hingga mencapai titik terendah dalam tiga tahun terakhir. Apakah sekarang saat yang tepat untuk beli atau jual saham tersebut?
Saham blue chip adalah saham lapis satu di lantai bursa yang telah terdaftar lama. Saham blue chip biasa juga memiliki fundamental kuat.
Di BEI, saham blue chip identik dengan anggota Indeks LQ45. Salah satu saham LQ45 yang tengah turun harga adalah PT Astra International Tbk (ASII).
Pada perdagangan Rabu (15/5), saham ASII ditutup melemah 1,09% ke level Rp 4.530. Nilai saham ASII ini merupakan level terendah dalam 3 tahun terakhir.
Pelemahan saham ASII pada Rabu (15/5) merupakan pelemahan ketiga ASII secara berturut-turut sejak perdagangan Senin (13/5).
Pelemahan ini terjadi setelah cum date dividen saham ASII, yakni pada 13 Mei 2024.
Adapun ASII akan membayar dividen sebesar Rp 17,04 triliun, dimana setiap satu pemegang saham ASII akan mendapat dividen Rp 421 per saham. Dividen ini akan dibayarkan pada 30 Mei 2024.
Dalam sepekan, saham ASII melemah 11,18%. Sementara dalam sebulan, saham pemegang merek dagang sejumlah kendaraan roda empat ternama ini telah melemah 12,46%.
Bahkan, jika ditarik garis waktu yang lebih lama, seperti sejak awal tahun alias secara year-to-date (ytd), saham ASII sudah melemah 19,82%.
Dana asing juga tampak hengkang dari saham ASII. Hari ini (15/5), saham ASII mencatatkan net sell senilai Rp 124,05 miliar di pasar reguler. Adapun dana asing yang keluar dari saham ASII mencapai Rp 3,90 triliun.
Melemahnya saham ASII turut menggeser posisi saham ini dalam klasemen emiten dengan kapitalisasi pasar atau market caps terbesar di Bursa Efek Indonesia.
Dengan kapitalisasi pasar Rp 183,4 triliun, ASII kini menempati posisi ke-10 saham dengan market caps terbesar di BEI.
Baca Juga: Cara investasi Saham Blue Chip Harga Murah
Rekomendasi saham blue chip
Equity Research Analyst Bahana Sekuritas Christine Natasya menjelaskan selain ex-date dividen, penurunan harga saham Astra salah satunya disebabkan oleh data penjualan mobil yang melemah di April 2024.
Berdasarkan data Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (GAIKINDO), volume penjualan grosir mobil di April turun 17,5% secara tahunan atau Year on Year (YoY) menjadi unit.
Sepanjang periode Januari–April 2024, total penjualan mobil nasional anjlok anjlok 22,8% secara tahunan menjadi 263.706 unit dibandingkan dengan 341.582 unit empat bulan pertama pada 2023.
"Angka ini lebih rendah dari ekspektasi kami, hanya mencapai 25% dari target volume grosir kendaraan roda empat pada 2024 Bahana Sekuritas," jelasnya, Selasa (14/5).
Sementara itu, total penjualan mobil Astra mencapai 26.908 unit pada April 2024 atau turun 22,49% YoY. Kala dibandingkan bulan sebelumnya capaian itu terkoreksi 33,45% Month on Month (MoM).
Kemudian pada periode Januari–April 2024, total penjualan mobil Astra mencapai 146.570 unit. Sementara itu, penjualan mobil Low-Cost Green Car (LCGC) Astra mencapai 44.331 unit kendaraan.
Pada periode April 2024 saja, penjualan mobil LGCG Astra mencapai 7.926 unit yang menyusut 34,33% MoM dari 12.070 unit pada Maret 2023. Jika dibandingkan secara tahunan, penjualan itu turun 15,46% YoY
Dari sisi valuasi, Christine mencermati saham ASII diperdagangkan dengan Price to Earning (PE) untuk 2024 di posisi 5,3 kali. Menurut dia, angka tersebut tergolong menarik.
Lebih lanjut, Bahana Sekuritas menyematkan rekomendasi beli saham ASII dan target harga Rp 5.700 dengan perhitungan valuasi menggunakan metode Penilaian Jumlah Bagian (SOTP).
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News