Sumber: Reuters | Editor: Yudho Winarto
KONTAN.CO.ID - Pasar saham Amerika Serikat (AS) dibuka dengan pergerakan campuran pada Selasa (22/7/2025) pagi waktu setempat.
Seiring investor mencermati perkembangan terbaru dalam pembicaraan dagang AS serta mencermati hasil laporan keuangan kuartal II dari sejumlah perusahaan besar, yang mulai menunjukkan tekanan nyata dari kebijakan tarif Presiden Donald Trump.
Baca Juga: Wall Street Mixed, S&P 500 dan Nasdaq Catat Rekor Tertinggi Terangkat Saham Alphabet
Melansir Reuters, pukul 09.38 waktu setempat, indeks Dow Jones Industrial Average menguat 68 poin atau 0,16% ke level 44.393,01.
Indeks S&P 500 naik tipis 5,04 poin (0,08%) ke 6.310,64. Sementara itu, Nasdaq Composite justru melemah 19,88 poin atau 0,09% ke posisi 20.954,29.
Efek perang tarif mulai terasa nyata di jajaran korporasi papan atas. General Motors melaporkan penurunan laba kuartal II hingga 32% menjadi US$3 miliar, dan menyebut bahwa beban tarif menggerus sekitar US$1,1 miliar dari pendapatannya.
Harga saham GM langsung turun 6,5% usai laporan tersebut dirilis. Saham Ford, sebagai sesama produsen otomotif, turut terkoreksi 1,4%.
"Semua mata tertuju ke GM, dan angka-angkanya jelas mengecewakan, terutama yang terkait langsung dengan tarif," ujar Mark Malek, Chief Investment Officer Muriel Siebert.
Baca Juga: Volume Rokok Menurun, Penjualan Philip Morris Meleset dari Ekspektasi
"Fakta bahwa mereka secara terbuka menyatakan proyeksi kinerja akan dipengaruhi oleh tarif yang lebih tinggi menjadi katalis yang akan memengaruhi pasar sepanjang hari."
Kinerja negatif juga dialami perusahaan pertahanan RTX yang memangkas proyeksi laba tahun 2025 akibat beban langsung dari tarif, menyebabkan sahamnya turun 3,9%.
Lockheed Martin tidak kalah terpukul, dengan laba kuartal II anjlok nyaris 80% setelah mencatat kerugian prapajak sebesar US$1,6 miliar.
Meski sejumlah emiten terdampak tarif, ekonomi AS yang masih kuat telah menopang indeks utama mencetak rekor tertinggi baru dalam beberapa pekan terakhir.
Di sisi kebijakan, Menteri Keuangan AS Scott Bessent dijadwalkan bertemu dengan mitranya dari China pekan depan, menjelang tenggat 12 Agustus untuk penerapan tarif tambahan terhadap Negeri Tirai Bambu.
Bessent menegaskan bahwa pemerintah lebih mengutamakan tercapainya kesepakatan dagang yang berkualitas, bukan sekadar cepat.
Baca Juga: Trump Diprediksi Bakal Bertemu Xi Oktober Mendatang, Ini Informasinya
Sementara itu, prospek perundingan dengan India disebut semakin suram, menurut pejabat pemerintah India, sementara Uni Eropa mempertimbangkan aksi balasan terhadap tarif AS.
Namun di tengah turbulensi dagang global, serangkaian kejutan positif dari laporan keuangan tetap menjaga pasar saham dekat level tertinggi sepanjang masa.
Data dari LSEG menunjukkan, analis memperkirakan laba emiten S&P 500 pada kuartal II akan tumbuh 6,7%, dipimpin oleh saham teknologi besar.
Saham sektor teknologi sempat melonjak pada Senin, didorong oleh reli saham Alphabet, induk Google, menjelang rilis laporan keuangannya.
Alphabet dan Tesla dijadwalkan menjadi yang pertama dari kelompok "Magnificent Seven" yang mengumumkan kinerja kuartalan mereka. Saham Tesla naik tipis 0,1% pada Selasa.
Sektor layanan kesehatan memimpin penguatan sektoral dengan lonjakan 1,3% setelah sebelumnya melemah dalam tiga sesi perdagangan berturut-turut.
Sebaliknya, saham Philip Morris anjlok 7,5% usai merilis pendapatan kuartal II di bawah ekspektasi.
Coca-Cola juga turun 1% meski membukukan laba kuartalan yang lebih baik dari perkiraan, sehingga menyeret sektor konsumer menjadi yang terlemah hari ini.
Setelah data ekonomi AS yang campuran pekan lalu, pelaku pasar saat ini hampir pasti mengesampingkan kemungkinan penurunan suku bunga pada pekan depan.
Namun berdasarkan alat pemantau CME FedWatch, peluang pemangkasan suku bunga pada September kini naik menjadi sekitar 58%.
Selanjutnya: SOTF 2025, Harga Tiket Pesawat Garuda Jakarta - Jepang PP mulai Rp 5,6 Jutaan
Menarik Dibaca: SOTF 2025, Harga Tiket Pesawat Garuda Jakarta - Jepang PP mulai Rp 5,6 Jutaan
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News