Sumber: Reuters | Editor: Yudho Winarto
KONTAN.CO.ID - Indeks S&P 500 dibuka menguat tipis pada perdagangan Kamis (24/4), seiring investor mencermati hasil laporan keuangan emiten dan dinamika baru dalam tensi dagang antara Amerika Serikat dan China.
Pada pembukaan perdagangan, S&P 500 naik 5,5 poin atau 0,10% ke level 5.381,38.
Sementara itu, Nasdaq Composite naik 46,7 poin atau 0,28% menjadi 16.754,76. Namun, Dow Jones Industrial Average justru melemah 75,5 poin atau 0,19% ke posisi 39.531,05.
Baca Juga: Wall Street Berakhir Lebih Tinggi Didorong Harapan akan Meredanya Perang Dagang
Kinerja Wall Street sempat mendapat dorongan selama dua hari beruntun sebelumnya, menyusul sinyal dari Gedung Putih bahwa ada kemungkinan untuk mengurangi tarif impor China secara bertahap.
Sentimen juga membaik setelah Presiden Donald Trump mulai meredam kritik terhadap Ketua The Fed Jerome Powell.
Namun, optimisme tersebut meredup usai pernyataan Menteri Keuangan AS, Scott Bessent, bahwa pengurangan tarif tidak akan dilakukan secara sepihak.
Di sisi lain, pemerintah China menegaskan bahwa AS seharusnya mencabut semua tarif unilateral. Hingga kini, belum ada pembicaraan resmi antara kedua negara.
Di tengah ketidakpastian tersebut, data ekonomi AS terbaru sedikit mengangkat sentimen pasar.
Baca Juga: Wall Street Langsung Dibuka Melonjak Rabu (23/4), Trump Redam Ancaman Pecat Powell
Klaim pengangguran mingguan hanya naik moderat, sementara pesanan barang tahan lama (durable goods) melonjak 9,2% pada Maret—jauh di atas proyeksi analis yang hanya memperkirakan kenaikan 2%.
Namun, volatilitas tajuk berita dan ketidakjelasan arah kebijakan tarif membuat pelaku pasar, pelaku usaha, hingga konsumen kesulitan membaca arah ekonomi.
“Tarif yang diberlakukan pemerintahan Trump masih memiliki dampak kuat terhadap sentimen pasar, apalagi ketika pemerintah bersikap plin-plan antara melanjutkan dan menarik kebijakan tersebut,” ujar Matt Gertken, Chief Strategist BCA Research.
Menurutnya, langkah mundur yang diambil Trump memberi sinyal bahwa strategi pemerintah adalah memberlakukan tarif secara terbatas tanpa sampai menjerumuskan ekonomi ke jurang resesi.
“Selama strategi ini tetap bertahan, maka perang dagang akan terus berlangsung seperti maju dua langkah, mundur selangkah,” imbuhnya.
Baca Juga: Trump dan Zelenskiy Kembali Berselisih, AS Ancam Hentikan Perundingan Rusia-Ukraina
Di sisi lain, laporan keuangan sejumlah emiten juga belum memberikan kejelasan terhadap kondisi ekonomi saat ini.
Maskapai American Airlines dan Southwest Airlines mengikuti jejak sejumlah pesaing dengan menarik proyeksi keuangannya tahun ini.
Hal ini membuat saham keduanya terkoreksi masing-masing 0,8% dan 3% di sesi pra-pembukaan.
Saham PepsiCo juga turun 0,4%, sedangkan Procter & Gamble melemah 1% setelah keduanya memangkas proyeksi laba tahunan akibat tekanan dari perang dagang.
Selanjutnya: Ada Danantara, Pemerintah Tak Lagi Biayai Percepatan Investasi Baru Pakai APBN
Menarik Dibaca: Setengah Abad Lebih, Aica Aibon Terus Berinovasi untuk Pengguna
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News