Reporter: Wahyu Tri Rahmawati | Editor: Wahyu T.Rahmawati
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Tiga indeks utama Wall Street turun lebih dari 2% di awal perdagangan Jumat (10/6). Pasar saham tergerus karena harga konsumen bulan Mei naik lebih tinggi ketimbang prediksi awal
Jumat (10/6) pukul 21.00 WIB, Dow Jones Industrial Average terjun 2,26% ke 31.543. Indeks S&P 500 merosot 2,51% ke 3.917. Sedangkan Nasdaq Composite merosot 2,99% ke 11.402.
Laporan Departemen Tenaga Kerja Amerika Serikat (AS) menunjukkan indeks harga konsumen (CPI) AS meningkat menjadi 1% pada Mei dari 0,3% pada April. Sementara secara tahunan inflasi melonjak 8,6% karena harga bensin mencapai rekor tertinggi dan biaya layanan naik lebih lanjut.
Baca Juga: Bergerak Volatile, Saham Gojek Tokopedia (GOTO) Punya Bobot Pengaruhi Indeks
Ekonom yang disurvei oleh Reuters memperkirakan CPI bulanan naik 0,7%. Inflasi inti, yang mengecualikan produk makanan dan energi yang bergejolak, naik 6% setelah naik 6,2% di bulan April secara tahunan.
"Harapan bahwa inflasi telah mencapai puncak pupus sudah dan pasar melihat puncak inflasi masih akan datang," kata Ryan Detrick, kepala strategi pasar di LPL Financial kepada Reuters. Dia menambahkan, data terbaru ini akan memicu bank sentral AS Federal Reserve lebih hawkish untuk memerangi rangkaian inflasi yang lebih tinggi.
Semua mata sekarang tertuju pada pertemuan kebijakan Federal Reserve minggu depan. Investor khawatir pasar tenaga kerja yang ketat ditambah dengan inflasi yang terus tinggi dapat memaksa The Fed untuk mempercepat langkah penarikan stimulus era pandemi.
Baca Juga: IHSG Melemah 1,34% ke 7.086 Sepekan Hingga Jumat (10/6)
Bank sentral AS kemungkinan akan menaikkan suku bunga utamanya sebesar 50 basis poin minggu depan dan dengan besaran yang sama di bulan Juli. Para pelaku pasar melihat ada peluang kenaikan serupa pada September, menurut jajak pendapat ekonom Reuters. Survei menyebut, tidak ada jeda dalam kenaikan suku bunga sampai tahun depan.
Pasar saham AS menghadapi tekanan jual di tengah peningkatan ketidakpastian seputar prospek langkah kebijakan Fed, perang di Ukraina, rantai pasokan yang berkepanjangan, dan penguncian terkait pandemi di China.
Blue-chip Dow telah jatuh 11,2% sepanjang tahun ini. Sementara indeks acuan S&P 500 telah turun 15,7% dan Nasdaq yang sarat teknologi telah turun 24,9%. Untuk minggu ini, ketiga indeks utama turun antara 1,9% dan 2,2% karena saham pertumbuhan yang sensitif terhadap suku bunga berada tertekan oleh kenaikan yield US Treasury.
Baca Juga: Ditekan Dolar AS, Rupiah Melemah 0,83% Dalam Sepekan Terakhir
"Inflasi tetap tinggi, ada kekhawatiran signifikan seputar prospek pertumbuhan dan pada saat yang sama, orang-orang mencoba untuk mencari tahu bagaimana hal ini pada akhirnya akan berdampak pada pendapatan perusahaan," kata Eric Johnston, kepala derivatif ekuitas dan aset luar negeri di Cantor Fitzgerald.
Johnston memperkirakan, pasar saham masih akan bearish. Pihaknya juga memperkirakan penurunan prediksi pendapatan dan pada akhirnya, harga saham akan dinilai dari prospek pendapatan.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News