kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.528.000   8.000   0,53%
  • USD/IDR 16.240   -40,00   -0,25%
  • IDX 7.037   -29,18   -0,41%
  • KOMPAS100 1.050   -5,14   -0,49%
  • LQ45 825   -5,35   -0,64%
  • ISSI 214   -0,85   -0,40%
  • IDX30 423   -1,15   -0,27%
  • IDXHIDIV20 514   0,87   0,17%
  • IDX80 120   -0,69   -0,57%
  • IDXV30 125   1,36   1,09%
  • IDXQ30 142   0,26   0,18%

Walau laba bersih turun, bisnis SMCB tetap kokoh


Senin, 30 Maret 2015 / 16:08 WIB
Walau laba bersih turun, bisnis SMCB tetap kokoh
ILUSTRASI. Ucapan HUT Kota Tasikmalaya 2023.


Reporter: Sinar Putri S.Utami | Editor: Uji Agung Santosa

JAKARTA. Sepanjang 2014, PT Holcim Indoesia Tbk (SMCB) berhasil membukukan laba bersih Rp 668,35 miliar. Jumlah itu turun 29,8% dari raihan di 2013 sebesar Rp 952,30 miliar. Para analis menilai, penurunan itu lantaran keterlambatan realisasi proyek infrastruktur pada tahun lalu.

Analis Valbury Asia Securities Budi Rustanto dalam risetnya pada 10 Maret 2015 mengatakan, hasil kinerja SMCB itu di bawah ekspetasi. Namun menurutnya, penurunan laba bersih itu tak hanya dialami oleh SMCB saja, namun hampir mayoritas produsen semen. "Mayoritas produsen semen terpengaruh oleh keterlambatan realisasi investasi infrastruktur utama dan proyek komersial pada tahun lalu," tulis dia.

Keterlambatan realisasi pembangunan dipengaruhi kondisi politik seperti pemilu. Tak hanya itu, hal tersebut juga dipengaruhi oleh pelemahan harga komoditas yang ikut mempengaruhi permintaan semen.

Meski mengalami penurunan pada laba bersih, SMCB masih menorehkan pertumbuhan pendapatan. Seperti pada penjualan semen yang naik 8,3% year on year (yoy) menjadi Rp 9,25 triliun. Lalu penjualan beton jadi dan tambang agregat naik 8,8% yoy menjadi Rp 1,96 triliun. Sehingga total pendapat SMCB ikut terkerek 8,7% yoy menjadi Rp 10,53 triliun.

Budi menjelaskan, peningkatan penjualan semen itu didorong oleh volume penjualan semen di dalam negeri yang tumbuh 3,8% yoy menjadi 8,75 juta ton dan kenaikan harga jual rata-rata semen yang naik menjadi Rp 1,20 juta per tonnya.

Sementara untuk tahun ini Analis NH Korindo Raphon Prima yakin SMCB dapat memperbaiki margin seiring dengan pabrik Tuban I yang telah beroperasi dan pabrik Tuban II yang ditargetkan beroperasi di tahun ini.

Analis Indo Premier Securities Chandra Pasaribu dalam risetnya pada 30 Maret 2015 memaparkan, kedua pabrik itu memiliki kapasitas produksi masing-masing sebesar 1,7 juta ton.

"Ini akan meningkatkan total kapasitas produksi SMCB hingga 12,7 juta ton," kata Chandra. Adapun untuk merealisasikan pabrik Tuban II itu diperkirakan SMCB menghabiskan dana hingga US$ 315 juta yang berasal dari kas internal perusahaan dan utang pihak ketiga.

Dengan adanya kedua pabrik itu juga, Raphon bilang SMCB sebagai perusahaan semen yang memiliki pabrik terlengkap di Jawa. "Lengkap dalam artian, SMCB memiliki pabrik di Jawa bagian Barat, Timur, dan Tengah dimana hal tersebut tak dimiliki oleh para pesaingnya," terangnya kepada kONTAN.

Sependapat, Budi juga bilang pembangunan pabrik itu untuk melengkapi keberadaan SMCB di Jawa. Untuk mengantisipasi kebutuhan semen yang meningkat, pembangunan pabrik Tuban juga ditujukan untuk mengoptimalisasi biaya logistik perusahaan. Memang wilayah Jawa masih menjadi penyumbang penjualan semen terbesar SMCB. Terbukti di dua bulan pertama tahun ini saja, wilayah Jawa masih mendominasi volume penjualan semen SMCB dengan porsi 68,7%.

Tak hanya itu, keduanya juga sepakat jika rencana pemerintah untuk menggenjot proyek infrastruktur akan menjadi katalis positif bagi laju bisnis semen termasuk SMCB. Penurunan harga semen Rp 3.000 per zak itu pun dinilai dapat menstimulasi percepatan pembangunan proyek yang tengah berlangsing maupun realisasi proyek baru.

Kendati demikian, per Februari 2015 SMCB masih mengalami penurunan volume penjualan semen sebesar 9,7% yoy menjadi 916.000 ton. Penurunan tersebut disebabkan oleh curah hujan yang relatif tinggi sehingga menghambat proses distribusi dan pembangunan infrastruktur yang tak bisa berjalan dengan optimal.

Sementara dari sisi persaingannya sendiri, para analis tak terlalu mengkhawatirkan jika pangsa pasar SMCB akan turun. Seiring dengan persaingan yang semakin ketat lantaran proyek infrastruktur yang akan segera dimulai. Pasalnya, perusahaan telah melakukan perluasan jangkauan dengan membangun terminal semen di Kalimantan dan Lampung.

Untuk terminal semen Kalimantan telah resmi beroperasi dan terminal semen Lampung telah dimulai proses konstruksinya pada Agustus 2014 dan diperkirakan akan selesai tahun ini. Dengan demikian, para analis memperkirakan nantinya SMCB dapat lebih kompetitif. Serta dari pelayanan ke pelanggan pun akan lebih baik. Maka tak heran jika Raphon memperkirakan di tahun ini SMCB dapat mempertahankan pangsa pasarnya yang sebesar 14%.

Ia juga bilang, di tahun ini SMCB akan mendapat tantangan dari kenaikan tarif dasar listrik (TDL) yang akan berpengaruh pada beban pokok perusahaan yang juga akan meningkat. Kemudian, dari kenaikan tarif Bahan Bakar Minyak (BBM) yang kembali naik juga akan mempengaruhi upah pekerja yang akan meningkat.

Dengan demikian, Raphon memperkirakan di tahun ini pendapatan SMCB menjadi Rp 11,62 triliun dengan laba bersih Rp 945 miliar. Chandra juga memperkirakan di tahun ini SMCB dapat meraih pendapatan Rp 10,74 triliun dan laba bersih Rp 584 miliar.

Chandara dan Budi sama-sama merekomendasikan hold saham SMCB di target harga masing-masing Rp 1.600 dan Rp 1.950. Sedangkan Raphon merekomendasikan beli dengan target harga Rp 2.095.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective Bedah Tuntas SP2DK dan Pemeriksaan Pajak (Bedah Kasus, Solusi dan Diskusi)

[X]
×