kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45919,51   10,20   1.12%
  • EMAS1.350.000 0,00%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Wait and see menjadi strategi terbaik kala IHSG terus merosot, kenapa?


Senin, 16 Maret 2020 / 22:01 WIB
Wait and see menjadi strategi terbaik kala IHSG terus merosot, kenapa?
ILUSTRASI. Warga memotret layar yang menampilkan infornasi pergerakan harga saham di Bursa Efek Indonesia (BEI), Jakarta, Kamis (12/3/2020).Penyebaran virus corona menggerus IHSG dengan kembali ditutup di zona merah dan melemah 4,42% ke level 4.690,657. ANTARA FOTO/


Reporter: Akhmad Suryahadi | Editor: Tendi Mahadi

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Penyebaran virus corona (Covid19) terus menggerus Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG). Hari ini, IHSG kembali ditutup di zona merah dan melemah 4,42% ke level 4.690,657. Sejak awal tahun, indeks telah ambles 25,54%.

Sebanyak 351 saham mengalami penurunan, sebanyak 94 saham bergeming, dan hanya 69 saham yang tercatat mengalami kenaikan pada perdagangan hari ini.

Baca Juga: Trading halt hingga buyback, efektifkah menahan kejatuhan IHSG?

Lantas, apa strategi yang sebaiknya dilakukan oleh investor di tengah tekanan sentimen virus Covid19?

Analis Panin Sekuritas William Hartanto menilai, untuk saat ini belum ada sentimen positif yang cukup kuat untuk mendorong laju IHSG. Toh jika ada, sentimen positif IHSG hanya berupa pembagian dividen dan rilis kinerja emiten untuk periode kuartal I-2020.

Untuk itu, strategi terbaik saat ini adalah wait and see setidaknya hingga kasus Covid19 di tanah air menurun dan mereda.

Ditambah, tekanan jual dari investor asing juga masih tinggi. Bahkan dalam sepekan, dana asing yang kabur dari pasar saham domestik mencapai Rp 2,20 triliun.

Baca Juga: Buyback 525 juta saham, Pan Brothers (PBRX) siapkan dana Rp 210 miliar

Aksi jual bersih yang dilakukan asing pun semakin menekan IHSG. “Ditambah karena investor lokalnya panik juga jadi semakin parah,” terang dia kepada Kontan.co.id, Senin (16/3).

Hari in pun investor asing masih menarik dananya keluar dari pasar saham hingga mencatatkan net sell sebesar 534,53 miliar di pasar reguler.

William menduga, selain faktor Corona, kaburnya asing dari pasar ekuitas juga disebabkan oleh kepanikan akibat ‘kebijakan ekstrem’ Bank Sentral Amerika Serikat, The Federal Reserve System (The Fed).

Baca Juga: Terus merosot, ini skenario terburuk IHSG hingga akhir semester I-2020

Di mana bank sentral Amerika ini langsung menyunat suku bunga acuan hingga 100 basis poin (bps) menjadi 0-0,25%.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
Success in B2B Selling Omzet Meningkat dengan Digital Marketing #BisnisJangkaPanjang, #TanpaCoding, #PraktekLangsung

[X]
×