kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45985,97   -4,40   -0.44%
  • EMAS1.249.000 2,21%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Valuasi sudah rendah, saham emiten properti mulai diburu


Jumat, 25 Mei 2018 / 08:38 WIB
Valuasi sudah rendah, saham emiten properti mulai diburu
ILUSTRASI. APLN


Reporter: Dian Sari Pertiwi | Editor: Wahyu T.Rahmawati

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Saham emiten properti mulai merangkak naik. Satu indikasinya, indeks properti di Bursa Efek Indonesia kemarin menguat 2,75%.

Mayoritas harga saham properti menanjak. Harga saham CTRA, misalnya, melonjak 11,67%, diikuti oleh SMRA (10,49%), PWON (7,86%), SSIA (6,67%), BSDE (5,06%). Kemudian saham PPRO (4,58%), ASRI (2,40%), APLN (2,04%) dan LPKR (1,63%).

Kepala Riset Ekuator Swarna Sekuritas David Sutyanto menyebutkan, sektor properti sudah terkoreksi dalam. Saham sektor properti sempat meningkat pada akhir Februari tahun ini, sebelum akhirnya menurun hingga awal Mei.

Kinerja saham properti didorong sentimen pasar yang menilai valuasi sektor ini sudah cukup murah. "Harga sahamnya turun, secara valuasi beberapa saham cenderung murah dan kinerjanya masih bagus walaupun ada pelambatan ekonomi," kata David.

Analis Binaartha Parama Sekuritas Muhammad Nafan Aji menilai, kenaikan saham properti merupakan respons pasar atas sejumlah ekspansi dan pencapaian beberapa emiten. "Dari sisi kinerja keuangan, beberapa emiten cukup positif dan secara valuasi saham properti sudah murah," ujar Nafan, kemarin.

Rata-rata price to earning ratio (PER) emiten properti masih rendah. Sehingga kenaikan harga saham ini dianggap wajar. Beberapa emiten dengan PER rendah antara lain BSDE sebesar 6,4 kali, ASRI 4,8 kali dan PWON 11,6 kali.

Nafan menilai, di antara beberapa saham properti yang layak dicermati adalah emiten dengan kepemilikan landbank besar, seperti BSDE.

Selain itu, emiten properti yang menggarap properti bagi segmen menengah bawah juga menarik, seperti CTRA dan PPRO. Sebab, kebutuhan rumah di segmen ini tinggi.

Di tengah tren penguatan ini, kenaikan suku bunga acuan BI menjadi sentimen negatif yang membayangi sektor properti. Saat kondisi pasar lesu, kenaikan bunga dapat mengancam daya beli masyarakat yang ingin membeli rumah dengan skema KPR.

Tetapi, bisnis emiten properti berpotensi membaik lantaran gubernur baru Bank Indonesia Perry Warjiyo berniat merelaksasi kebijakan loan to value (LTV) properti.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×