Reporter: Dian Sari Pertiwi | Editor: Dupla Kartini
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Saham-saham properti mulai merangkak naik. Kinerja ini tercermin pada indeks sektor properti, real estate dan konstruksi bangunan yang naik 2,75% ke level 462 pada perdagangan hari ini (24/5).
Kenaikan indeks ditopang oleh kinerja seluruh saham properti. Saham CTRA memimpin dengan kenaikan sebesar 11,67% ke level Rp 1.005. Diikuti SMRA yang berhasil naik 10,49% menjadi Rp 895, lalu PWON naik 7,86% ke level Rp 535.
Selanjutnya, saham SSIA menanjak 6,67% ke Rp 560, BSDE naik 5,06% ke level Rp 1.660, dan saham PPRO menguat 4,58% ke level Rp 160.
Sedangkan tiga terbawah, yaitu saham ASRI mencatatkan kenaikan 2,40% ke level Rp 342. Lalu, saham APLN yang juga mencatatkan kenaikan 2,04% menajadi Rp 200 dan saham LPKR yang naik 1,63% ke posisi Rp 374 per saham.
Kepala Riset Ekuator Swarna, David Sutyanto menyebut, penguatan terjadi karena sektor ini sudah terkoreksi cukup dalam. Setelah mencapai posisi tertingginya di level 552 pada perdagangan Selasa (20/2), indeks properti konsisten menurun hingga mencapai level terendah 436 pada perdagangan Rabu (9/5).
Kinerja saham properti hari ini juga didorong oleh sentimen pasar yang menilai sektor properti secara valuasi sudah cukup murah. "Harga sahamnya turun, secara valuasi beberapa saham cenderung murah dan kinerja mereka masih oke walaupun ada perlambatan ekonomi," kata David, Kamis.
Analis Binaartha Parama Sekuritas, Muhammad Nafan Aji menyebut, kenaikan indeks properti merupakan respons pasar atas sejumlah ekspansi yang tengah dilakukan dan pencapaian kinerja beberapa emiten properti. "Dari sisi kinerja keuangan beberapa emiten juga cukup positif dan secara valuasi saham-saham properti sudah cukup murah," paparnya, Kamis (24/5).
Rata-rata price to earning ratio (PER) emiten properti masih cukup rendah. Sehingga, kenaikan harga saham ini dianggap wajar. Beberapa emiten properti dengan PER rendah di antaranya, BSDE yaitu 6,4 kali, ASRI sekitar 4,8 kali dan PWON 11,6 kali.
Nafan menilai, di antara beberapa saham properti yang layak dicermati adalah saham emiten dengan kepemilikan landbank besar seperti BSDE. Selain itu, emiten properti yang menggarap properti bagi segmen menengah ke bawah juga menarik dicermati, karena kebutuhan rumah di segmen ini terbilang tinggi. Misalnya, CTRA dan PPRO.
Di tengah tren penguatan ini, kenaikan suku bunga BI-7DRRR jadi sentimen negatif yang membayangi sektor properti. Saat kondisi pasar lesu, kenaikan suku bunga dapat mengancam daya beli masyarakat yang ingin membeli rumah dengan skema KPR.
"Penjualan apartemen saat ini dalam kondisi kurang bagus, karena di tengah situasi seperti sekarang ini, investasi jangka panjang membeli properti jadi berisiko dan tidak likuid," ujar David.
Untuk itu, David memberikan posisi netral untuk saham-saham properti. Namun, jika melihat bisnis, jumlah aset dan kepemilikan landbank, menurutnya, PWON bisa jadi pertimbangan.
Sementara, Nafan berpendapat di tengah kondisi lesu sejumlah emiten properti konsisten melakukan ekspansi untuk memperkuat fondasi fundamental. "Secara umum, pertumbuhan ekonomi kita seharusnya mendukung industri properti," ujar dia.
Nafan menjagokan BSDE dan PWON. Menurutnya, BSDE memiliki landbank terbesar, kondisi cash flow cukup sehat dengan debt equity ratio (DER) 57%. Sementara PWON membukukan kenaikan laba bersih 61,79% pada kuartal I-2018 menjadi Rp 562,85 miliar.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News