Reporter: Melysa Anggreni | Editor: Herlina Kartika Dewi
KONTAN.CO.ID – JAKARTA. Dolar Amerika Serikat (AS) sulit beranjak dari zona negatif. Alhasil, sejumlah mata uang di kawasan Asia mengambil momentum dengan unjuk gigi.
Berdasarkan data Bloomberg, Jumat (20/6), dolar Taiwan (TWD) memimpin penguatan sebesar 10% terhadap dolar AS terhitung sejak awal tahun 2025. Menyusul yen Jepang (JPY) yang unggul sebesar 8,2%, won Korea (KRW) sebesar 7,7% dan dolar Singapura (SGD) sebesar 6,2% secara year to date (ytd).
Josua Pardede, Kepala Ekonom Bank Permata mengatakan, faktor utama yang mendorong pelemahan dolar AS secara struktural adalah kekhawatiran terhadap prospek ekonomi negara adidaya tersebut dan meningkatnya ekspektasi bahwa Federal Reserve (The Fed) akan melanjutkan siklus pemotongan suku bunga di tahun ini.
Seperti diketahui, sejak awal tahun hingga kini, The Fed masih konsisten menahan suku bunga acuannya di rentang 4,25% - 4,50%.
Baca Juga: Rupiah dan Mata Uang Asia Tertekan Ketegangan Timur Tengah, Dolar Rebound
“Disamping itu, langkah proaktif dari bank sentral Asia juga turut membuat valas Asia semakin merekah,” ujar Josua kepada Kontan.co.id, Jumat (22/6).
Menurut Josua, yen Jepang (JPY) diperkirakan masih memiliki ruang penguatan lebih lanjut karena meningkatnya inflasi inti Jepang yang akan mendorong Bank of Japan (BoJ) untuk secara bertahap mengurangi stimulus moneter mulai Juli 2025.
Sementara dolar Singapura (SGD) cenderung tetap stabil karena posisinya sebagai mata uang safe haven regional yang didukung oleh diversifikasi ekonomi dan ketahanan terhadap ketegangan perdagangan global.
“Secara keseluruhan, hingga akhir tahun 2025, JPY dan SGD diproyeksikan memiliki prospek yang relatif kuat dan stabil karena faktor fundamental ekonomi yang solid serta status sebagai mata uang safe haven,” jelas Josua.
Josua menyebutkan, investor dapat fokus pada mata uang dengan profil risiko-rendah seperti SGD dan JPY. Kedua mata uang ini menunjukkan stabilitas lebih tinggi dalam lingkungan global yang penuh ketidakpastian akibat risiko geopolitik, khususnya konflik Israel-Iran yang dapat memperpanjang premi risiko minyak global.
Baca Juga: Rupiah Melemah dalam Sepekan, Pasar Cari Aset Aman
Hal serupa juga disampaikan oleh Lukman Leong, Analis Doo Financial Futures. Menurutnya, TWD dan KRW akan cenderung volatil dan bergantung pada keberlanjutan perkembangan tarif.
“Jadi untuk keduanya akan sulit diprediksi nilai mereka akhir tahun. Sedangkan JPY yang walau juga tergantung pada kesepakatan tarif, namun dengan atau tanpa itu, pengetatan dgn kenaikan suku bunga BoJ masih bisa mendukung,” jelas Lukman kepada Kontan.co.id, Jumat (20/6).
Dalam prediksinya, Lukman memperkirakan JPY akan berada di rentang 135 - 140 per dolar AS pada akhir tahun 2025.
“Proyeksi untuk JPY hingga akhir tahun 2025 berpotensi menguat menuju level 140 terhadap dolar AS,” tutup Josua.
Selanjutnya: Allianz Utama Catat Kinerja Positif Asuransi Perjalanan hingga Mei 2025
Menarik Dibaca: Aplikasi Facebook Kini Ubah Semua Unggahan Video Jadi Reels, Apa Keuntungannya
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News