kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.938.000   14.000   0,73%
  • USD/IDR 16.300   -5,00   -0,03%
  • IDX 7.113   44,39   0,63%
  • KOMPAS100 1.038   7,95   0,77%
  • LQ45 802   5,08   0,64%
  • ISSI 229   1,99   0,87%
  • IDX30 417   1,49   0,36%
  • IDXHIDIV20 489   1,52   0,31%
  • IDX80 117   0,66   0,57%
  • IDXV30 119   -0,75   -0,63%
  • IDXQ30 135   0,08   0,06%

Valas Asia Bergantung Kelanjutan Perang Dagang, Ini Mata Uang yang Layak Dikoleksi


Kamis, 15 Mei 2025 / 23:46 WIB
Valas Asia Bergantung Kelanjutan Perang Dagang, Ini Mata Uang yang Layak Dikoleksi
ILUSTRASI. Rupiah Melemah-Petugas mengamati kondisi fisik mata uang asing Dolar Amerika di gerai penukaran valuta asing, Jakarta. Prospek mata uang negara-negara Asia masih bersandar pada perkembangan perang dagang. Pada penutupan pasar Kamis (15/5), mayoritas valuta Asia kompak terangkat terhadap dolar Amerika Serikat (AS).. KONTAN/Cheppy A. Muchlis/16/12/2024


Reporter: Melysa Anggreni | Editor: Putri Werdiningsih

KONTAN.CO.ID – JAKARTA. Prospek mata uang negara-negara Asia masih bersandar pada perkembangan perang dagang. Pada penutupan pasar Kamis (15/5), mayoritas valuta Asia kompak terangkat terhadap dolar Amerika Serikat (AS).

Melansir data Bloomberg, Kamis (15/5), yen Jepang (JPY) menguat 0,50% secara harian ke 146,01 per dolar AS. Diikuti won Korea (KRW) naik 0,32% secara harian ke 1,398 per dolar AS. Dolar Tiongkok (TWD) juga naik 0,30% secara harian ke 30,1770 per dolar AS, dan rupiah (IDR) menguat 0,20% secara harian ke Rp 16.528 per dolar AS.

Adapun sejumlah mata uang seperti rupee India turun 0,32% secara harian ke 85,55 per dolar AS dan yuan China juga melemah 0,04% ke 7,2113 per dolar AS.

Menurut Analis Doo Financial Futures Lukman Leong, arah gerak valas Asia cenderung sensitif dengan perubahan sentimen global. Hal ini tercermin pada pergerakannya yang kompak menguat seiring dengan meredanya kekhawatiran akibat perang dagang. 

Menurut Lukman, JPY masih terpantau menarik untuk dikoleksi. Terutama, jika AS dan Jepang berhasil mencapai kesepakatan tarif sesuai dengan harapan, maka yen Jepang sangat potensial untuk melambung tinggi.

"Won Korea juga bisa mengalami hal serupa, tetapi bagi investor yang cenderung menghindari mata uang non utama dengan alasan liquiditas dan volatilitas, maka kembali lagi yen Jepang yang relatif lebih aman," terang Lukman kepada Kontan.co.id, Kamis (15/5).

Baca Juga: Indeks Dolar AS Cenderung Stagnan Pasca Pertemuan FOMC, Pasar Masih Hati-hati

Ditengah ketidakpastian dan keberadaan dolar AS yang cukup rentan, maka investor sebaiknya melakukan diversifikasi mata uang ke euro (EUR), poundsterling (GBP), yen Jepang (JPY), dan dolar Australia (AUD). 

Pada awal pekan, indeks dolar (DXY) sempat terangkat hingga melampaui level 100. Per Kamis (15/5) indeks yang mengukur ketahanan dolar terhadap sejumlah mata uang utama bertengger di level 100,84 atau turun 0,18% dalam sehari.

“Kepercayaan investor pada dolar AS dibawah kepemimpinan Presiden AS Donald Trump telah meredup, walau segala hal telah kembali ke normal, namun kepercayaan investor pada dolar tidak akan kembali secepat itu,” ujar Lukman. 

Kepala Ekonom Bank Permata Josua Pardede bilang, meskipun tidak secara eksplisit diumumkan oleh otoritas AS, tetapi secara tidak langsung spekulasi bahwa AS menginginkan dolar yang lebih lemah sebagai bagian dari strategi perdagangan juga berkontribusi dalam melemahkan indeks DXY.

Josua menjelaskan, KRW menonjol sebagai mata uang yang cukup menarik, didorong oleh sentimen positif dari diskusi kebijakan nilai tukar dengan AS. Sementara CNY juga tergolong menarik karena ditopang komitmen PBoC untuk menjaga stabilitas dan manfaat langsung dari gencatan dagang.

“JPY kini memang cenderung volatil, apalagi dengan Bank of Japan (BoJ) yang belum memberi sinyal kenaikan suku bunga, membuat yen Jepang terlihat kurang atraktif dalam jangka pendek,” ungkap Josua kepada Kontan.co.id, Kamis (15/5).

Baca Juga: Sejumlah Mata Uang Utama Keok Terhadap Dolar AS, Ini Sebabnya

Ke depan, pergerakan valas Asia diperkirakan akan cukup konstruktif, terutama jika pelemahan USD berlanjut seiring dengan pelemahan ekonomi AS dan ekspektasi pemangkasan suku bunga oleh Federal Reserve (Fed) di tahun 2025. Dengan perkiraan Indeka dolar DXY akan bergerak menuju area 97–98 di akhir tahun.

“Kondisi ini akan membuka ruang bagi mata uang Asia seperti KRW, CNY, SGD dan mungkin INR untuk menguat lebih lanjut,” jelas Josua.  

Namun demikian, risiko tetap tinggi mengingat gencatan dagang AS-Tiongkok hanya berlaku selama 90 hari, sehingga masih ada potensi ketidakpastian baru. 

Khusus rupiah, pemulihan mungkin lebih lambat. Terkecuali jika ada sinyal kuat dari stabilitas fiskal dan kebijakan BI yang lebih proaktif daam menjaga daya tarik aset rupiah.

Asal tahu saja, rupiah tercatat sebagai mata uang Asia dengan pelemahan terdalam secara year-to-date (ytd) sebesar 2,50% hingga pertengahan Mei 2025. 

Menurut Josua, tekanan dari eksternal yang mendorong tensi ketidakpastian global semakin memberatkan upaya Bank Indonesia (BI) untuk melakukan intervensi pada rupiah. Hal ini tercermin dari derasnya arus keluar modal di negara berkembang seperti Indonesia.  

“Secara keseluruhan, saya kira keterpurukan rupiah saat ini lebih didominasi oleh faktor global dari pada domestik,” tutup Josua. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
AYDA dan Penerapannya, Ketika Debitor Dinyatakan Pailit berdasarkan UU. Kepailitan No.37/2004 Banking Your Bank

[X]
×