Reporter: Akmalal Hamdhi | Editor: Noverius Laoli
KONTAN.CO.ID – JAKARTA. Upaya pembunuhan terhadap mantan presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump, meningkatkan pamor dolar AS, emas hingga aset kripto. Meningkatnya probabilitas kemenangan Trump dapat berdampak positif bagi aset-aset tersebut.
Direktur PT Laba Forexindo Berjangka Ibrahim Assuaibi memperkirakan, harga emas dunia mungkin melampaui batas tertingginya dan dolar Amerika kemugkinan bakal kembali solid di tahun 2024.
Proyeksi itu seiring insiden penembakan Trump pada akhir pekan lalu menguatkan probabilitas Trump bakal terpilih kembali jadi Presiden AS.
Ibrahim mengatakan, para analis memandang bahwa penembakan tersebut meningkatkan peluang Trump untuk menang atas Joe Biden. Ini sebuah skenario yang pada akhirnya dapat menguntungkan dolar, mengingat Trump telah mengisyaratkan niatnya untuk memberlakukan kebijakan perdagangan yang lebih proteksionis.
Baca Juga: Harga Emas Turun, Investor Mencari Lebih Banyak Isyarat Penurunan Suku Bunga The Fed
Walaupun Trump selamat dari insiden tersebut, namun penembakan ini mengindikasikan perpolitikan di Amerika kian memanas. Kekacauan ini akan berdampak pada menguatnya aset safe haven seperti dolar AS. Investor besar diperkirakan juga akan kembali lakukan pembelian secara jangka panjang terhadap harga emas dunia.
“Greenback mendapat beberapa tawaran beli setelah terjadi penembakan pada rapat umum Trump di Pennsylvania,” ungkap Ibrahim dalam risetnya, Senin (15/7).
Dolar AS alias the Greenback juga akan mengambil lebih banyak isyarat dari pidato Ketua Fed Jerome Powell akhir pekan ini. Adapun pekan lalu, Bank Sentral AS mengindikasikan penurunan suku bunga sebanyak dua kali tahun ini sejalan dengan inflasi inti Amerika yang terus bergerak melandai.
“Nah ini yang sebenarnya membuat harga emas cenderung menguat signifikan. Bahkan kalau saya lihat apabila emas bisa tembus level US$ 2.489, maka ada kemungkinan besar harga emas akan sentuh rekor tertingginya di level US$ 2.550 tahun ini,” ujar Ibrahim.
Baca Juga: Reaksi Vladimir Putin usai Donald Trump Tertembak Saat Kampanye
Mengutip Reuters, Senin (15/7), situs taruhan online PredictIT memperkirakan kemenangan dari Partai Republik dengan 66 sen, dari 60 sen pada hari Jumat, dengan Partai Demokrat dengan 38 sen. Peluang saat ini menunjukkan bahwa Partai Republik dua kali lebih mungkin memenangkan pemilu dibandingkan Partai Demokrat.
Investor bereaksi dengan terfokus pada kemenangan Trump pada pemilihan bulan November mendatang. Sentimen ini pada gilirannya telah mendorong dolar dan imbal hasil Treasury AS lebih tinggi pada awal pekan ini, bersama dengan mata uang kripto.
“Suara simpati dapat meningkatkan peluang kemenangan Trump karena lebih banyak pendukungnya sekarang merasa perlu hadir di tempat pemungutan suara pada bulan November untuk memilihnya,” kata Vasu Menon, direktur pelaksana strategi investasi di OCBC, seperti dikutip dari Reuters, Senin (15/7).
Sementara itu, kepala ekonom untuk Asia selain Jepang di Mizuho Bank, Vishnu Varathan mengamati bahwa dolar AS lebih kuat saat ini memang lebih disebabkan oleh melemahnya mata uang utama lainnya akibat konspirasi perdagangan AS yang bersifat antagonis dan sikap geo-politik. Di samping itu, daya tarik dolar AS juga tak terbantahkan.
Baca Juga: Selain Donald Trump, Ini Daftar Panjang Presiden AS yang Pernah Ditembak atau Dibunuh
Imbal hasil obligasi jangka panjang AS sendiri naik karena ekspektasi bahwa kemenangan Trump akan menghasilkan kebijakan yang akan meningkatkan utang pemerintah dan memicu inflasi.
Imbal hasil obligasi Treasury 10-tahun sebagai acuan terakhir naik sekitar tiga basis poin pada 4,2158%. Terhadap dolar AS, Euro melemah sekitar 0,2% menjadi US$1,0888, sementara poundsterling merosot 0,13% menjadi US$1,2973.
Di tempat lain, harga kripto melonjak dengan Bitcoin bertahan naik sekitar 5% pada US$62,997. Ethereum (ETH) melonjak hampir 6% menjadi US$3,368.14.
Penguatan aset kripto sendiri disinyalir karena Trump telah menampilkan dirinya sebagai pendukung mata uang kripto, meskipun dia belum memberikan rincian spesifik tentang kebijakan kripto yang diusulkannya.
Kendati demikian, Pengamat Mata Uang dan Komoditas Lukman Leong menilai bahwa saat ini insiden upaya pembunuhan Trump itu belum menyebabkan adanya pelarian ke aset safe haven. Penguatan dolar AS hari ini dianggap hanya karena teknikal rebound dan tidak begitu besar.
Baca Juga: Pasca Penembakan, Trump Tetap Lanjutkan Kampanye ke Milwaukee, Wisconsin
“Investor masih mencermati insiden penembakan tersebut. Trump dari Republik cenderung pro ekonomi dan spending, namun itu sendiri bukan menjadi acuan yang absolut bagi investor,” kata Lukman kepada Kontan.co.id, Senin (15/7).
Menurut Lukman, Trump kemungkinan lebih menginginkan suku bunga rendah, tapi keputusan arah suku bunga ini sepenuhnya tergantung the Fed. Namun perlu diketahui bahwa Jerome Powell merupakan orang yang pernah bekerja di bawah kepemimpinan Trump.
Walau secara politik, kemenangan Trump akan lebih menciptakan sentimen risk-on seperti kenaikan harga saham, komoditas dan penurunan harga obligasi, namun faktor data ekonomi dan perkembangan ekonomi dan geopolitik global akan lebih mempengaruhi.
Lukman menuturkan, pembelian dari bank sentral global lebih mendukung prospek harga aset safe haven seperti emas dalam jangka panjang. Selain itu, pemangkasan suku bunga jangka pendek dapat mempercepat kenaikan harga emas.
Baca Juga: Harga Emas Spot Turun ke Level US$2.402,82 pada Senin (15/7) Siang
Berdasarkan faktor-faktor tersebut, estimasi moderat harga emas spot diperkirakan bisa sentuh US$2.500 per ons troi, sedangkan estimasi optimistis bisa ke US$2.700 pada akhir 2024. Sedangkan, harga emas Antam diperkirakan berkisar Rp 1.46 juta – Rp 1.57 juta (asumsi kurs Rp 16.170 per dolar AS).
Menurut data Tradingeconomics, harga emas spot terhenti di kisaran US$2,410 per ons atau menguat tipis sekitar 0,35% secara harian pada Senin (15/7). Para pedagang masih menilai lebih lanjut dampak kekerasan politik terhadap ketidakstabilan pasar keuangan dan juga menanti sinyal teranyar dari the Fed.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News