kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.533.000   0   0,00%
  • USD/IDR 16.180   20,00   0,12%
  • IDX 7.096   112,58   1,61%
  • KOMPAS100 1.062   21,87   2,10%
  • LQ45 836   18,74   2,29%
  • ISSI 214   2,12   1,00%
  • IDX30 427   10,60   2,55%
  • IDXHIDIV20 514   11,54   2,30%
  • IDX80 121   2,56   2,16%
  • IDXV30 125   1,25   1,01%
  • IDXQ30 142   3,33   2,39%

Untung besar berkat naiknya harga SUN


Kamis, 07 Desember 2017 / 06:22 WIB
Untung besar berkat naiknya harga SUN


Reporter: Danielisa Putriadita | Editor: Wahyu T.Rahmawati

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Sepanjang November lalu, reksadana pendapatan tetap sukses mencetak imbal hasil rata-rata 1,55%, sebagaimana terlihat dari kenaikan Infovesta Fixed Income Fund Index. Sejak awal tahun, kinerja rata-rata reksadana ini mencapai 9,62%. Dus, rata-rata imbal hasil reksadana pendapatan tetap mengalahkan jenis reksadana lainnya.

Head of Investment Research Infovesta Utama Wawan Hendrayana mengatakan, reksadana pendapatan tetap mampu memberikan imbal hasil lebih tinggi dibanding reksadana lain berkat bertambahnya kepemilikan asing di surat utang negara (SUN). Di awal November 2017, jumlah kepemilikan asing di SUN masih sekitar Rp 800 triliun.

Namun, per 22 November kepemilikan asing di SUN naik menjadi Rp 823 triliun. "Terjadi pembelian secara masif di pasar surat utang, ini yang menyebabkan harga SUN naik dan kinerja reksadana pendapatan tetap yang basisnya SUN naik signifikan," kata Wawan, Rabu (6/12).

Bahkan, kinerja reksadana pendapatan tetap lebih baik ketimbang kenaikan indeks obligasi pemerintah Infovesta alias Infovesta Government Bond Index (IGBI). Indeks ini cuma naik sekitar 1,48% di November lalu.

Menurut Wawan, jika kinerja reksadana pendapatan tetap bisa lebih tinggi dari IGBI, berarti manajer investasi mayoritas memilih portofolio berupa SUN dengan tenor di atas 10 tahun atau tenor panjang. Dalam hal ini, obligasi tenor panjang memang memiliki pertumbuhan kinerja yang paling tinggi.

Perolehan kinerja reksadana pendapatan tetap yang optimal juga didukung suku bunga dalam negeri yang diprediksi tidak akan naik meski The Federal Reserve menaikkan suku bunga. "Pernyataan BI kemarin, kalau The Fed hanya menaikkan bunga 25 basis poin, suku bunga kita tidak naik," kata Wawan.

Bahkan, jika benar tingkat inflasi terjaga di level 3,5%, Wawan memprediksi suku bunga dalam negeri berpotensi kembali turun di tahun depan. Hal tersebut menjadi sentimen positif bagi reksadana pendapatan tetap.

Kendati begitu, imbal hasil reksadana pendapatan tetap di 2018 diperkirakan tidak akan setinggi perolehan di 2017. Sumber imbal hasil reksadana pendapatan tetap berasal dari yield atau kupon dan kenaikan harga obligasi. Tahun ini kinerja reksadana pendapatan tetap tersokong dari kenaikan harga surat utang. Sementara, potensi kenaikan SUN tahun depan sudah terbatas.

Oleh karena itu, kini pelaku pasar berharap mendapat keuntungan dari kupon atau yield. "Manajer investasi bisa lakukan trading untuk mengoptimalkan kinerja, jika cukup piawai mengelola reksadana, return bisa mencapai 7%, tetapi jika hanya hold surat utang return sekitar 6% di tahun depan," kata Wawan.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective Bedah Tuntas SP2DK dan Pemeriksaan Pajak (Bedah Kasus, Solusi dan Diskusi)

[X]
×