Reporter: Ridwan Nanda Mulyana | Editor: Anna Suci Perwitasari
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Jelang semester II-2022, sejumlah perusahaan masih antre untuk melantai di bursa saham. Merujuk e-ipo, setidaknya ada tujuh perusahaan yang sedang menempuh fase bookbuilding dalam proses initial public offering (IPO) atawa penawaran umum saham perdana.
Ketujuh calon emiten yang akan go public itu adalah PT Hillcon Tbk (HILL), PT Cerestar Indonesia Tbk (TRGU), PT Chemstar Indonesia Tbk (CHEM), PT Arkora Hydro Tbk (ARKO), PT Saraswanti Indoland Development Tbk (SWID), PT Aman Agrindo Tbk (GULA), dan PT Dewi Shri Farmindo Tbk (DEWI).
Di samping itu, ada dua calon emiten yang berstatus canceled atau menunda proses IPO. Mereka adalah PT Hoffmen Cleanindo Tbk (KING) dan PT Mandiri Mineral Perkasa Tbk (NPII). Sebelumnya, suda ada 21 emiten baru yang melantai di BEI sepanjang tahun 2022.
Juru Bicara Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Sekar Putih Djarot menyampaikan, ada 43 perusahaan yang terdaftar menuju IPO, baik yang sedang proses maupun yang belum book building. Bidang usaha dari calon emiten tersebut antara lain berada pada sektor energi, agribisnis, kesehatan, properti dan perhubungan.
Baca Juga: Rencana IPO Anak Usaha Kalbe Farma (KLBF) Tertunda, Ini Penyebabnya
Sekar belum dapat memprediksi berapa proses IPO yang dapat direalisasikan pada semester kedua nanti. "Ditundanya IPO akan tergantung dari kesiapan perusahaan dengan berbagai alasan seperti belum dapat memenuhi ketentuan OJK atau bursa, dan lain sebagainya," ujar Sekar saat dihubungi Kontan.co.id, Senin (27/6).
Merujuk data yang disampaikan Bursa Efek Indonesia (BEI), total dana yang diproyeksikan dapat terhimpun mencapai Rp 14,1 triliun dari 43 perusahaan dalam pipeline IPO per 6 Juni 2022. Calon emiten tersebut tersebar di 10 sektor.
Meliputi sektor basic materials berjumlah 3 perusahaan, industrials (3 perusahaan), transportasi & logistik (4 perusahaan), consumer non-cyclicals (9 perusahaan), consumer cyclicals (8 perusahaan), teknologi (2 perusahaan), healthcare (2 perusahaan), energi (3 perusahaan), properti (4 perusahaan), dan 5 perusahaan dari sektor infrastruktur.
Tantangan IPO di Semester II
Perkembangan sentimen global dan makro ekonomi belakangan ini ditaksir bakal menyeret bursa saham ke tingkat volatilitas yang lebih tinggi. Lalu, bagaimana prospek para calon emiten yang akan melantai di BEI pada paruh kedua 2022 nanti?
Associate Director of Research and Investment Pilarmas Investindo Sekuritas Maximilianus Nico Demus mengungkapkan, efek kekhawatiran resesi di Amerika Serikat dan kenaikan suku bunga The Fed perlu diwaspadai pada kuartal III-kuartal IV nanti. Di dalam negeri, Bank Indonesia (BI) juga berpotensi mengerek tingkat suku bunga.
Baca Juga: Dewi Shri Farmindo Akan IPO, Tawarkan 700 Juta Saham di Kisaran Rp 100-Rp 110
Beruntung, masih ada angin segar dari kondisi fundamental ekonomi Indonesia yang masih terbilang kuat untuk menghadapi volatilitas di pasar. "Apalagi pasar modal merupakan salah satu alternatif pembiayaan daripada pinjaman perbankan yang tingkat suku bunganya akan mengalami kenaikan," ujar Nico kepada Kontan.co.id, Senin (27/6).
Analis Fundamental B-Trade Raditya Krisna Pradana juga punya pandangan serupa. Menurutnya, kondisi makro ekonomi Indonesia terbilang stabil dengan laju inflasi yang masih terkendali. Menimbang hal itu, semester kedua diperkirakan masih cukup kondusif untuk menggalang pendanaan melalui pasar modal.
"Semester kedua masih tetap menarik. Walaupun proyeksinya akan ada lonjakan inflasi, tapi BI mengatakan inflasi tahunan Indonesia tidak akan jauh-jauh melesat dari batas sekarang," kata Raditya.
Senada, Vice President Infovesta Utama Wawan Hendrayana memandang bahwa sentimen dalam negeri lebih memberikan pengaruh bagi IPO. Sejauh ini, fundamental ekonomi Indonesia masih mendukung pencarian dana di pasar modal.
Wawan mengingatkan, tujuan IPO tak lepas dari dua hal yakni untuk pembayaran utang dan melakukan ekspansi. Emiten yang dominan membelanjakan dana untuk ekspansi akan menarik untuk dilirik.
"Karena sedang recovery ekonomi, aktivitas masyarakat kembali dibuka, banyak bisnis yang di masa pandemi kinerjanya kurang menarik kini bisa menarik lagi," ujar Wawan.
Meski begitu, pelaku pasar juga mesti fokus pada dua penilaian penting. Yakni kondisi fundamental masing-masing emiten, yang diharapkan sudah bisa menghasilkan profit dan mengalami pertumbuhan kinerja dalam tiga tahun terakhir. Kemudian, prospek bisnis emiten dan sektor usahanya.
"Untuk prospek bisnis, sektor terkait consumers goods, komoditas, dan keuangan dipandang akan cerah pada tahun ini maupun tahun depan," sebut Wawan.
Baca Juga: Proses IPO Hillcon (HILL) Dibayangi Kasus PKPU Anak Usaha
Sementara itu, Nico menjagokan sektor consumer non-cyclical, infrastruktur, komoditas dan energi, serta healthcare. Sedangkan untuk emiten yang bakal IPO di sektor teknologi, Nico menyarankan investor untuk mencermati ekosistem bisnis yang dimiliki dan akan dikembangkan oleh perusahaan.
Dalam menadah saham-saham IPO, Nico mengingatkan untuk tetap disiplin terhadap tujuan investasi dan manajemen risikonya. "Selama sektor yang melantai sedang in line dengan situasi yang terjadi, ditambah dengan fundamental perusahaan yang baik, tentu akan menarik perhatian pasar," imbuh Nico.
Raditya menambahkan, IPO pada semester kedua nanti masih menarik baik dari sisi calon emiten maupun investor. Namun, jika dibandingkan dengan emiten-emiten yang sudah listing dan memiliki rekam jejak kinerja yang sudah terlihat, maka sahamnya lebih menarik untuk dilirik.
Apabila pelaku pasar tetap ingin masuk ke saham IPO, ada catatan yang perlu diperhatikan. "Kami mengingatkan untuk tetap menjaga money management dan jangan tergiur mencari "multi bagger" pada saham-saham IPO. Kalau sudah profit, kami sarankan segera take prodit," pungkas Raditya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News