kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 2.491.000   8.000   0,32%
  • USD/IDR 16.757   21,00   0,13%
  • IDX 8.610   -8,64   -0,10%
  • KOMPAS100 1.188   4,72   0,40%
  • LQ45 854   1,82   0,21%
  • ISSI 307   0,26   0,08%
  • IDX30 439   -0,89   -0,20%
  • IDXHIDIV20 511   -0,15   -0,03%
  • IDX80 133   0,33   0,25%
  • IDXV30 138   0,47   0,34%
  • IDXQ30 140   -0,47   -0,33%

Terkoreksi 2,48% Dalam Sepekan, Harga Bitcoin di Level US$ 88.000


Minggu, 21 Desember 2025 / 12:11 WIB
Terkoreksi 2,48% Dalam Sepekan, Harga Bitcoin di Level US$ 88.000
ILUSTRASI. Bitcoin (Robert Schmiegelt/IMAGO via REUTERS)


Reporter: Vendy Yhulia Susanto | Editor: Khomarul Hidayat

KONTAN.CO.ID – JAKARTA. Harga Bitcoin mengalami koreksi dalam sepekan. Mengutip Coinmarketcap Minggu (21/12/2025) pukul 11.35 WIB, harga Bitcoin berada di level US$ 88.091, terkoreksi 2,48% dalam sepekan. 

Analyst Reku, Fahmi Almuttaqin, pasar kripto mengalami volatilitas yang cukup tinggi dalam beberapa hari terakhir seiring dua peristiwa makroekonomi penting yang terjadi hampir bersamaan. Yakni kenaikan suku bunga acuan Jepang dan rilis data inflasi CPI (IHK) Amerika Serikat (AS) bulan November yang jauh lebih rendah dari ekspektasi. 

Bank of Japan (BoJ) memutuskan menaikkan suku bunga acuannya ke level 0,75%, melanjutkan kenaikan sebelumnya pada Januari lalu. Level tersebut menjadi yang tertinggi dalam 30 tahun terakhir dan menandai berlanjutnya fase pengetatan kebijakan moneter Jepang. 

Baca Juga: IHSG Rawan Koreksi, Ini Proyeksi dan Rekomendasi Saham untuk Senin (22/12/2025)

Di sisi lain, data inflasi CPI AS terbaru menunjukkan inflasi tahunan mereda di angka 2,7%, jauh di bawah ekspektasi beberapa ekonom yang bahkan sempat memperkirakan angka inflasi November menyentuh 3,1%. 

Data ini menjadi laporan inflasi pertama yang diterima investor sejak berakhirnya government shutdown AS terpanjang bulan lalu. Tidak dirilisnya data inflasi Oktober akibat shutdown tersebut membuat laporan CPI kali ini tidak menyertakan perubahan inflasi bulanan (month-over-month). Sementara itu, inflasi inti AS yang tidak memasukkan komponen harga pangan dan energi tercatat naik 2,6% secara tahunan. 

Fahmi mengatakan, meredanya inflasi CPI AS ini membuka ruang untuk penurunan suku bunga yang lebih agresif tahun depan, akan tetapi banyak pihak saat ini meragukan validitas dari data tersebut. The Fed mungkin masih akan melakukan pemantauan lebih lanjut untuk rilis data yang akan datang, khususnya data inflasi PCE yang mereka gunakan sebagai acuan. 

“Kondisi ini memberikan sentimen positif yang terbatas di pasar kripto, terlebih dengan adanya kenaikan suku bunga Jepang yang cenderung memberikan tekanan tambahan,” ujar Fahmi dalam keterangan tertulisnya, Minggu (21/12/2025).

Baca Juga: Rupiah Melemah 0,62% Dalam Sepekan, Begini Proyeksinya untuk Pekan Depan

Selanjutnya: CEO Nvidia dan OpenAI Beda Pandangan soal AI di Dunia Kerja

Menarik Dibaca: Dana Transaksi Tidak Sesuai? Ini Cara Mudah Atur Selisih Pencairan Dana Merchant

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×