kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.691.000   12.000   0,71%
  • USD/IDR 16.345   0,00   0,00%
  • IDX 6.795   -78,69   -1,14%
  • KOMPAS100 1.010   -16,39   -1,60%
  • LQ45 783   -21,03   -2,62%
  • ISSI 210   0,71   0,34%
  • IDX30 406   -10,51   -2,52%
  • IDXHIDIV20 491   -10,85   -2,16%
  • IDX80 114   -2,41   -2,07%
  • IDXV30 120   -0,32   -0,27%
  • IDXQ30 133   -3,63   -2,65%

Trifita Deto Muara Operasikan Pabrik Detonator untuk Industri Tambang


Senin, 17 Februari 2025 / 11:12 WIB
Trifita Deto Muara Operasikan Pabrik Detonator untuk Industri Tambang
ILUSTRASI. PT Trifita Deto Muara Badak (TDMB) meresmikan operasional pabrik detonator. Pabrik ini berlokasi di Muara Badak, Kutai Kartanegara,


Reporter: Ridwan Nanda Mulyana | Editor: Tri Sulistiowati

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT Trifita Deto Muara Badak (TDMB) meresmikan operasional pabrik detonator. Pabrik yang berlokasi di Muara Badak, Kutai Kartanegara, Kalimantan Timur ini diresmikan secara komersial pada 12 Februari 2025. 

TDMB merupakan anak perusahaan dari PT Trifita Perkasa. Perusahaan yang berdiri  tahun 2000 tersebut bergerak di bidang jasa pengadaan dan distribusi bahan peledak (handak) komersial untuk kegiatan pertambangan.

Meliputi tambang mineral seperti emas, tembaga dan nikel, batubara dan batuan lainnya serta keperluan kegiatan konstruksi. Keberadaan pabrik TDMB ditujukan untuk memproduksi detonator low explosive untuk memenuhi kebutuhan di industri ini.

Presiden Direktur Trifita Deto Muara Badak sekaligus Direktur Utama Trifita Perkasa, Hery Kusnanto mengungkapkan pada tahap pertama, TDMB memiliki kapasitas produksi hingga dari 4,1 juta  detonator per tahun. Terbagi untuk 3 juta buah dengan jenis detonator non-elektrik dan sisanya dengan jenis detonator elektronik.

Baca Juga: Bisa Beri Keuntungan, Industri Peledak Sektor Pertambangan Bisa Adopasi Teknologi AI

Menggunakan bangunan yang ada, pabrik ini dapat ditingkatkan produksinya mencapai 6 juta buah detonator per tahun. Sehingga dapat menutupi sebagian besar kebutuhan dalam negeri yang dikonsumsi oleh perusahaan pertambangan seperti PT  Freeport Indonesia, PT Aman Mineral, PT Indonesia Tambang Megah, serta tambang lainnya.

Keberadaan pabrik TDMB ini akan mengurangi porsi impor. Pasalnya, sebagian besar kebutuhan selama ini tergantung pada impor dari Australia, Cina, Korea Selatan dan Filipina. Ke depannya, impor detonator jenis non-elektronik dan elektronik diharapkan tidak diperlukan lagi.

Adapun, bahan baku detonator juga sebagian masih impor dari beberapa negara seperti Australia, India dan Kanada. Namun untuk bahan penunjang sudah menggunakan bahan baku lokal, yang ke depannya akan meningkatkan kandungan lokal.

"Kami bersyukur telah berhasil menyelesaikan pembangunan pabrik ini sehingga kebutuhan akan detonator yang selama ini masih diimpor dapat dipenuhi dari dalam negeri," ungkap Hery dalam rilis yang disiarkan Minggu (16/2).

Hery menjelaskan, pabrik detonator TDMB berdiri di atas lahan seluas 25 hektare (ha). Dari lahan tersebut, hanya 5 ha yang digunakan untuk bangunan. Sedangkan sisanya disiapkan untuk menjaga jarak aman, sebagaimana ketentuan yang diberlakukan pemerintah Indonesia, dan sebagai area pengembangan ke depan menyesuaikan kebutuhan industri.

TDMB sendiri telah mengantongi rekomendasi pembangunan pabrik pada tahun 2019. Kemudian mendapatkan izin mendirikan pabrik pada 2021 dari Kementerian Pertahanan Republik Indonesia (Kemenhan RI), dan selanjutnya mendapat persetujuan bangunan gedung yang diterbitkan Pelayanan Terpadu Satu Pintu (PTSP) Kutai Kartanegara di tahun 2021.

Setelah dilaksanakan pembangunan pabrik, Kemenhan menyetujui izin produksi pada tahun 2024, dan sejak akhir Oktober lalu TDMB telah berpoduksi. Selama tiga bulan beroperasi, TDMB telah memproduksi lebih dari 700.000 detonator, yang setengahnya langsung terserap oleh industri pertambangan di Kalimantan.

Hery menambahkan, TDMB mendapat dukungan teknologi dari Orica, perusahaan yang berpusat di Melbourne, Australia. Orica merupakan produsen bahan peledak global dengan teknologi terkemuka, yang telah beroperasi lebih dari 150 tahun.

Country Director Orica untuk Indonesia, James Tiedgen mengungkapkan bahwa kemitraan dengan Trifita Perkasa menjadi komitmen Orica untuk ikut berkontribusi dalam industri sumber daya alam di Indonesia. "Kami selalu mengutamakan kualitas dan keselamatan, dan enyediakan teknologi inovatif untuk mendukung kemajuan produksi bahan peledak di Indonesia," jelas James.

Direktur Teknologi dan Industri Pertahanan Kemenhan, Marsekal Pertama Dedy Laksmono mengapresiasi berdirinya pabrik Detonator TDMB. "Diharapkan dapat menyerap tenaga kerja lokal dan meningkatkan perekonomian daerah. Selain untuk mendukung industri pertambangan yang menjadi salah satu tulang punggung pendapatan Indonesia," kata Dedy.

Baca Juga: Harga Petrindo (CUAN) Melonjak Usai Komisaris & Direksi Kompak Borong Saham

Selanjutnya: Kerjasama Inalum dengan Emirate Global Aluminium Terkendala Biaya Listrik Tinggi

Menarik Dibaca: Pilih Trading atau Investasi? Berikut Strategi Kripto yang Tepat

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Mastering Finance for Non Finance Entering the Realm of Private Equity

[X]
×